JAKARTA. Rakyat Indonesia harus bersiap menerima konsekuensi bila pemerintah baru pimpinan Presiden Joko Widodo dan Wakil Presiden Jusuf Kalla benar-benar menaikkan harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi secara bertahap mulai Rp 1.000 per liter hingga Rp 3.000 per liter. Salah satu konsekuensi yang harus ditanggung adalah kenaikan harga barang. Sekretaris Jenderal Gabungan Perusahaan Makanan dan Minuman Indonesia (Gapmmi) Franky Sibarani menghitung: kenaikan harga BBM akan mengerek harga produk industri. Selama ini, biaya energi memberi kontribusi sebesar 10%-15% dari biaya produksi. Selain itu, kenaikan harga BBM bersubsidi juga akan berdampak terhadap biaya distribusi produk sebesar 2%. Tak menjamin harga barang produksi akan tetap, Franky hanya bilang bila kenaikan biaya distribusi cuma 0-2%, "Kami tak akan menaikkan harga jual makanan," kata Franky, Minggu (31/8).
Siap-siap diterjang kenaikan harga
JAKARTA. Rakyat Indonesia harus bersiap menerima konsekuensi bila pemerintah baru pimpinan Presiden Joko Widodo dan Wakil Presiden Jusuf Kalla benar-benar menaikkan harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi secara bertahap mulai Rp 1.000 per liter hingga Rp 3.000 per liter. Salah satu konsekuensi yang harus ditanggung adalah kenaikan harga barang. Sekretaris Jenderal Gabungan Perusahaan Makanan dan Minuman Indonesia (Gapmmi) Franky Sibarani menghitung: kenaikan harga BBM akan mengerek harga produk industri. Selama ini, biaya energi memberi kontribusi sebesar 10%-15% dari biaya produksi. Selain itu, kenaikan harga BBM bersubsidi juga akan berdampak terhadap biaya distribusi produk sebesar 2%. Tak menjamin harga barang produksi akan tetap, Franky hanya bilang bila kenaikan biaya distribusi cuma 0-2%, "Kami tak akan menaikkan harga jual makanan," kata Franky, Minggu (31/8).