KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Mark Zuckerberg mengumumkan, Facebook mengubah nama menjadi Meta. Perubahan nama ini tidak lepas dari fokus raksasa media sosial tersebut mengembangkan dunia metaverse. Sejak saat itu, istilah metaverse pun semakin sering terdengar. Saat mendengar metaverse, kita dapat membayangkan hal tersebut memiliki banyak futuris mirip dengan yang digambarkan dalam cerita fiksi ilmiah
Ready Player One. Atau dalam beberapa episode serial Netflix,
Black Mirror. Istilah metaverse pertama kali diciptakan dalam novel fiksi ilmiah Neal Stephenson tahun 1992 yang berjudul
“Snow Crash”. Metaverse didefinisikan sebagai ruang virtual bersama yang diciptakan oleh konvergensi realitas fisik. Ditingkatkan secara virtual,
augmented reality dan internet. Ruang virtual ini membuat apa yang ada di dalam internet terasa menjadi nyata atau seolah-olah sedang terjadi di dunia nyata. Di dunia ini manusia dapat merasakan berpindah ruang dan tempat dengan mudah melalui avatar. Hadirnya metaverse dapat mendorong perubahan pada aktivitas kehidupan sehari-hari. Interaksi sosial dan berbagai aktivitas, seperti bekerja, bermain, menonton konser, dan lain sebagainya dapat dilakukan secara virtual. Metaverse akan menciptakan pengalaman dan peluang baru bagi masyarakat. Penting untuk dipahami bahwa pada dasarnya metaverse tidak digambarkan sebagai perpanjangan dari internet, tetapi penerus dari kemajuan internet. Metaverse memiliki berbagai tipe, salah satunya menggunakan blockchain. Dengan teknologi tersebut, layanan yang dapat diberikan adalah identitas tanpa izin, layanan keuangan, dan proses pertukaran berkecepatan tinggi. Di dunia blockchain dan kripto, perusahaan seperti Decentraland dan The Sandbox telah mengembangkan dunia virtual yang mengintegrasikan
cryptocurrency. Sehingga pemain gim dapat membuat struktur seperti kasino virtual dan taman hiburan, dan memonetisasinya. Mengutip Coinvestasi.com, perkembangan game Decentraland dan The Sandbox turut mendorong harga token aslinya, yakni Mana dan Sand. Dalam satu bulan terakhir, Mana berhasil naik lebih dari 721% dan Sand naik lebih dari 1.000%. “Metaverse berpotensi menjadi masa depan ruang gerak dalam dunia bisnis. Salah satu buktinya adalah The Sandbox Game yang telah menarik perhatian perusahaan besar seperti Adidas dan Soft Bank. Membuktikan bahwa Metaverse bukan sekedar fenomena sementara namun sebuah model bisnis yang layak diinvestasikan secara jangka panjang,” kata Naufal, Analis Kripto dari Coinvestasi.com,dalam rilis yang dikterima Kontan.co.id, belum lama ini. Selain blockchain, n
on fungible token (NFT) akan memainkan peran penting dan mendasar dalam metaverse. NFT akan memiliki kepemilikan penuh atas karakter yang digunakan, item dalam game yang masih harus dibayar, hingga tanah virtual.
Cryptocurrency dapat menjadi satu-satunya alat pembayaran yang sah yang digunakan di metaverse. Dengan semua objek virtual dan barang tidak berwujud dinyatakan sebagai NFT. “Ratusan, ribuan, dan mungkin jutaan dolar dihabiskan untuk aset digital. Saya pikir membuat aset tersebut NFT, membangun ekonomi NFT, akan menambah lapisan baru di atas ekonomi digital yang ada,” kata Arthur Madrid, CEO dan
Co-Founder The Sandbox. Selain Facebook, ada beberapa perusahaan besar yang akan menjelajahi metaverse misalnya, Google, Microsoft, Samsung. Termausk Sony yang telah bergabung dengan Facebook di XR Association, sebuah konsorsium perusahaan teknologi yang bertujuan untuk membentuk masa depan
“experiential reality.” Di Indonesia, metaverse mungkin masih menjadi istilah yang asing. Memperkenalkannya dapat menggunakan cara sederhana dan mudah. Salah satunya lewat permainan. Saat ini sudah ada beberapa gim yang mengusung tema metaverse dan para pemainnya memiliki avatar. Mereka busa melakukan kegiatan di dalam permainan, hingga mendapatkan penghasilan dari permainan. Beberapa gim yang mengusung konsep ini adalah Axie Infinity, Sprinterland, Alien Worlds, hingga Decentraland.
Salah satu wadah untuk mengenalkan metaverse dengan gim adalah POG atau Player On Guild yang saat ini masih dalam tahap perkembangan. “Di POG kita akan memperkenalkan cara menyenangkan untuk bisa mendapatkan penghasilan dengan bermain gim, salah satunya dari gim Axie Infinity. Ini juga bisa jadi cara untuk memperkenalkan metaverse yang kini ramai jadi pembicaraan,” jelas Andre, salah satu tim POG. Selain gim, cara lain adalah mengetahui komponen yang mendukung dunia virtual tersebut. Salah satunya adalah NFT yang bisa menjadi barang kepemilikan khusus bagi para pengguna metaverse. Saat ini metaverse di Indonesia tampaknya masih jauh dari “kenyataan”. Meski demikian, di masa depan sangat memungkinkan bahwa Indonesia mengembangkan teknologi metaverse yang mumpuni bersamaan dengan infrastruktur teknologi yang memadai Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Ahmad Febrian