Siap-Siap! Perbankan Bakal Diwajibkan Salurkan Kredit Hilirisasi



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Dalam mempercepat proyek hilirisasi, pembiayaan tentu menjadi salah satu faktor penting. Lagi-lagi, perbankan bakal mendapat mandat untuk menyalurkan kredit atau pembiayaan untuk sektor-sektor yang masuk dalam proyek hilirisasi.

Ketua Satgas Hilirisasi sekaligus Menteri ESDM Bahlil Lahadalia mengungkapkan bahwa saat ini pihaknya memang bakal melibatkan perbankan dan lembaga keuangan lainnya agar mau ikut ambil bagian dalam membiayai proyek investasi hilirisasi.

Bukan tanpa alasan, Bahlil menilai untuk proyek hilirisasi sebisa mungkin untuk memakai sumber dana dari APBN. Alhasil, sumber-sumber pembiayaan lain dari perbankan memang bakal menjadi salah satu sumber utama untuk hilirisasi.


“Biarlah APBN untuk mengurus rakyat, urusan makan bergizi, urusan kesehatan dan urusan infrastruktur,” ujar Bahlil, Jumat (10/1).

Baca Juga: Kualitas Kredit Korporasi Terjaga di Tengah Penurunan Daya Beli

Dalam hal ini, Bahlil menekankan bahwa nantinya tidak hanya bank pelat merah, namun bank swasta yang beroperasi di Indonesia harus mau membiayai proyek hilirisasi. Meskipun, saat ini belum menjelaskan lebih detail terkait kewajibannya nanti akan seperti apa.

Senior Vice President Lembaga Pengembangan Perbankan Indonesia (LPPI) Trioksa Siahaan mengungkapkan bahwa jika memang bank bakal diwajibkan untuk membiayai proyek hilirisasi, maka harus diperjelas skemanya. Di mana, ia melihat selama ini bank juga ikut membiayai sektor hilirisasi di industri pengolahan seperti hilirisasi di industri turunan kelapa sawit.

“Apakah ada program dari pemerintah atau akan seperti apa karena bank dalam penyaluran kredit juga harus independen dan memperhatikan prinsip-prinsip kehati-hatian,” ujar Trioksa, Selasa (14/1).

Menurutnya, tantangan bagi bank dalam penyaluran kredit, termasuk proyek hilirisasi, yang utama adalah terkait risiko kredit, kecukupan modal dan likuiditas. Ia bilang selama tiga faktor tersebut memenuhi, bank tentu melihat prospek dari industri hilirisasi ini.

Oleh karenanya, ia mengusulkan kalaupun diwajibkan, skema yang diberikan secara umum saja. Trioksa berpendapat selama masih bisa diterima risikonya dan tidak ada larangan regulasi, bank pasti akan masuk ke pembiayaan sektor hilirisasi.

Baca Juga: Laba BCA Jadi yang Terbesar, Mayoritas KBMI 4 Tumbuh Single Digit di November 2024

Sementara itu, Direktur Utama BNI Royke Tumilaar pun mengungkapkan bahwa untuk proyek hilirisasi ini memang memiliki tantangan. Meskipun, saat ini BNI juga telah aktif memberikan kredit hilirisasi.

Sebagai informasi, saat ini portofolio kredit hilirisasi BNI sudah mencapai Rp 60 triliun. Namun, Royke tak menyebutkan spesifik sektor-sektor apa saja yang dibiayai.

Adapun, salah satu tantangan yang memang dihadapi untuk proyek hilirisasi adalah nilai investasi yang besar. Sehingga, ia meminta perlu dilakukan review kembali terkait kewajaran nilai investasi.

“Tantangannya adalah nilai kredit rata rata per proyek cukup besar dan perlu sindikasi,” ujarnya.

EVP Corporate Communication & Social Responsibility BCA Hera F. Haryn mengungkapkan BCA tentunya akan mendukung berbagai kebijakan pemerintah, regulator, serta otoritas perbankan dalam rangka meningkatkan nilai tambah produk pertambangan dalam negeri. Alhasil, berkontribusi positif bagi pertumbuhan ekonomi nasional.

Ia bilang saat ini BCA telah memiliki portofolio pembiayaan ke sektor yang bergerak pada hilirisasi industri pertambangan. Namun, ia enggan menyebutkan nilai kredit yang sudah disalurkan BCA.

“Kami proyeksikan akan mencatatkan pertumbuhan positif di tahun ini,” ujarnya.

Selanjutnya: Bitcoin Masih Sulit Tembus US$ 100.000, Ini Sebabnya

Menarik Dibaca: Tips Andalkan Aplikasi Navigasi Saat Pergi Traveling

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Putri Werdiningsih