BOGOR. Para produsen terigu mulai mengambil sikap atas lonjakan harga gandum dunia. Secara bertahap, pengusaha yang bernaung di bawah Asosiasi Produsen Tepung Terigu Indonesia (Aptindo) bersiap menaikkan harga jual produk mereka.Direktur Eksekutif Aptindo Ratna Sari Loppies mengatakan, setelah mengerem kenaikan harga tepung terigu hingga Idul Fitri lalu, kini para produsen mulai mengerek banderol bahan baku makanan ini. "Setelah Lebaran produsen sudah menaikkan harga terigu rata-rata 2% secara bertahap," ungkap Ratna seusai seminar Ketahanan Pangan dan Nutrisi di kampus IPB Bogor, Selasa (26/10).Namun, kenaikan harga tersebut masih lebih rendah dibandingkan lonjakan harga gandum dunia yang sudah lebih dari 40%. Itulah sebabnya, produsen juga bersiap menaikkan kembali harga terigu. Ratna menggambarkan, saat Australia mengalami gagal panen gandum akhir 2008 silam, para pengusaha di Indonesia menaikkan harga terigu antara 2%-3% per bulan. Aksi ini pun dilakukan tahun ini. Sejak Rusia mengumumkan tidak akan mengekspor terigu Juli 2010 lalu karena adanya gangguan cuaca di negara tersebut, harga terigu berada di level yang cukup tinggi, yakni di atas Rp 7.500 per kilogram (kg). Namun data Kementerian Perdagangan mencatat, sejak Juni lalu, harga terigu di pasar lokal hanya naik tipis, yaitu 0,71%. Rencana kenaikan harga terigu di pasar lokal memang tidak bisa dihindarkan. Pasalnya, bahan baku terigu yang beredar di tanah air masih berasal dari impor. Sementara tingkat konsumsi tepung terigu nasional juga lumayan besar. Data Aptindo memperlihatkan, konsumsi tepung terigu nasional sejak Januari hingga September 2010 mencapai 2,93 juta ton, naik 9,72% ketimbang konsumsi pada periode sama tahun lalu, sebesar 2,67 ton.Ratna memperkirakan konsumsi tepung terigu tahun ini bisa mencapai 3,8 juta ton. "Rata-rata kenaikan konsumsi tepung terigu sekitar 6% per tahun," katanya.Nah, untuk memenuhi kebutuhan tepung terigu ini, Indonesia membutuhkan gandum sekitar 5,3 juta ton. Dari jumlah itu, sekitar 5 juta ton gandum harus di impor. Memang, Indonesia sudah mulai mengembangkan tanaman gandum tropis. Namun sampai saat ini, gandum belum bisa diproduksi massal di Indonesia. Di antara daerah yang sudah mulai menanam gandum tropis adalah Salatiga dan Tawangmangu di Jawa Tengah serta Malang, Jawa Timur. Wakil Menteri Pertanian Bayu Krishnamurti mengatakan, gandum memiliki keistimewaan, yakni bisa ditanam di daerah yang tidak dapat ditanami padi. Sehingga, gandum bisa menjadi salah satu alternatif diversifikasi tanaman. "Gandum bisa ditanam pada waktu padi atau jagung tidak bisa ditanam," jelasnya.Tapi, untuk saat ini, pemerintah belum memasukkan gandum sebagai salah satu prioritas utama swasembada pangan. Kini, pemerintah fokus mewujudkan swasembada beras, jagung, kedelai, dan gula. Apalagi, budidaya gandum membutuhkan lahan yang luas mengingat produktivitasnya yang terbilang rendah, yaitu hanya 2 ton - 3 ton per hektare. Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Siap-siap, secara bertahap harga terigu naik 2%
BOGOR. Para produsen terigu mulai mengambil sikap atas lonjakan harga gandum dunia. Secara bertahap, pengusaha yang bernaung di bawah Asosiasi Produsen Tepung Terigu Indonesia (Aptindo) bersiap menaikkan harga jual produk mereka.Direktur Eksekutif Aptindo Ratna Sari Loppies mengatakan, setelah mengerem kenaikan harga tepung terigu hingga Idul Fitri lalu, kini para produsen mulai mengerek banderol bahan baku makanan ini. "Setelah Lebaran produsen sudah menaikkan harga terigu rata-rata 2% secara bertahap," ungkap Ratna seusai seminar Ketahanan Pangan dan Nutrisi di kampus IPB Bogor, Selasa (26/10).Namun, kenaikan harga tersebut masih lebih rendah dibandingkan lonjakan harga gandum dunia yang sudah lebih dari 40%. Itulah sebabnya, produsen juga bersiap menaikkan kembali harga terigu. Ratna menggambarkan, saat Australia mengalami gagal panen gandum akhir 2008 silam, para pengusaha di Indonesia menaikkan harga terigu antara 2%-3% per bulan. Aksi ini pun dilakukan tahun ini. Sejak Rusia mengumumkan tidak akan mengekspor terigu Juli 2010 lalu karena adanya gangguan cuaca di negara tersebut, harga terigu berada di level yang cukup tinggi, yakni di atas Rp 7.500 per kilogram (kg). Namun data Kementerian Perdagangan mencatat, sejak Juni lalu, harga terigu di pasar lokal hanya naik tipis, yaitu 0,71%. Rencana kenaikan harga terigu di pasar lokal memang tidak bisa dihindarkan. Pasalnya, bahan baku terigu yang beredar di tanah air masih berasal dari impor. Sementara tingkat konsumsi tepung terigu nasional juga lumayan besar. Data Aptindo memperlihatkan, konsumsi tepung terigu nasional sejak Januari hingga September 2010 mencapai 2,93 juta ton, naik 9,72% ketimbang konsumsi pada periode sama tahun lalu, sebesar 2,67 ton.Ratna memperkirakan konsumsi tepung terigu tahun ini bisa mencapai 3,8 juta ton. "Rata-rata kenaikan konsumsi tepung terigu sekitar 6% per tahun," katanya.Nah, untuk memenuhi kebutuhan tepung terigu ini, Indonesia membutuhkan gandum sekitar 5,3 juta ton. Dari jumlah itu, sekitar 5 juta ton gandum harus di impor. Memang, Indonesia sudah mulai mengembangkan tanaman gandum tropis. Namun sampai saat ini, gandum belum bisa diproduksi massal di Indonesia. Di antara daerah yang sudah mulai menanam gandum tropis adalah Salatiga dan Tawangmangu di Jawa Tengah serta Malang, Jawa Timur. Wakil Menteri Pertanian Bayu Krishnamurti mengatakan, gandum memiliki keistimewaan, yakni bisa ditanam di daerah yang tidak dapat ditanami padi. Sehingga, gandum bisa menjadi salah satu alternatif diversifikasi tanaman. "Gandum bisa ditanam pada waktu padi atau jagung tidak bisa ditanam," jelasnya.Tapi, untuk saat ini, pemerintah belum memasukkan gandum sebagai salah satu prioritas utama swasembada pangan. Kini, pemerintah fokus mewujudkan swasembada beras, jagung, kedelai, dan gula. Apalagi, budidaya gandum membutuhkan lahan yang luas mengingat produktivitasnya yang terbilang rendah, yaitu hanya 2 ton - 3 ton per hektare. Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News