Siap-siap window dressing, MI kocok ulang portofolio



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Jelang akhir tahun manajer investasi mulai kocok ulang portofolio untuk window dressing. Strategi untuk mempercantik portofolio investasi tersebut dilakukan secara selektif terhadap sektor yang diproyeksikan berkinerja unggul.

Head of Business Development Division Henan Putihrai Asset Management (HPAM), Reza Fahmi, mengatakan akhir tahun ini HPAM akan melakukan window dressing. Strategi alokasi aset difokuskan terhadap saham stok cyclical seperti komoditas guna mendongkrak kinerja portofolio.

Selain itu, HPAM juga fokus memilih saham-saham dengan fundamental bagus yang secara pertumbuhan kinerja lebih tinggi dibandingkan industri. Contoh saham tersebut adalah AKRA, SSIA, TPIA dan BRPT.


Sementara, untuk memoles kinerja portofolio, Reza mengatakan mulai melepas kepemilikan pada saham di sektor kesehatan. "Saham sektor kesehatan juga sudah mulai dilepas karena Covid-19 sudah menurun," kata Reza, Senin (15/11).

Sementara, Head of Investment Research Infovesta Wawan Hendrayana mengatakan, umumnya para manajer investasi akan fokus pada saham-saham penggerak bursa yang memiliki kapitalisasi besar dan likuid saat melakukan window dressing.

Baca Juga: Produk unitlink berbasis saham beri imbal hasil paling tinggi

Baca Juga: IHSG melaju, kinerja reksadana saham jadi yang terbaik di pekan lalu

Bagi investor, Reza bilang, secara historis dalam 11 tahun lalu, kinerja Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di November selalu negatif, kecuali di tahun 2014 dan 2018. Sementara, pada bulan Desember, kinerja IHSG selalu mencetak profit signifikan. Dengan begitu, Reza menyebut, saat ini adalah waktu yang tepat untuk membeli reksadana saham.

Wawan juga mengatakan kinerja IHSG selalu naik di Desember dan secara rata-rata kinerja reksadana saham umumnya juga naik. Meski begitu, tidak ada jaminan semua reksadana saham akan positif kinerjanya di Desember.

Di tengah aksi window dressing ini, Wawan menyarankan investor bisa memanfaatkan situasi ini untuk membeli reksadana saham yang isinya menyerupai indeks. Investor juga bisa memilih reksadana indeks dan reksadana exchange traded fund (ETF).

Namun, dia mengingatkan, membeli reksadana harus disesuaikan dengan jangka waktu investasi. Sebaiknya, investasi ke reksadana saham untuk tujuan investasi lima tahun ke atas.

Sementara, untuk investasi jangka pendek atau di bawah satu tahun lebih baik memilih reksadana pasar uang. Sedangkan, untuk investasi jangka menengah dengan kisaran 1 tahun - 3 tahun bisa memilih reksadana pendapatan tetap.

Selanjutnya: Ekspor Indonesia dinilai masih bisa kecipratan berkah dari krisis energi

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Anna Suci Perwitasari