Siap-Siap Window Dressing, Simak Strategi Berikut Ini



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pasar saham siap memasuki musim window dressing jelang akhir tahun 2022. Window dressing merupakan istilah yang digunakan oleh investor, dimana ada dugaan emiten ataupun manajer investasi memoles kinerja pada akhir tahun.

Analis Kiwoom Sekuritas Indonesia Abdul Azis mengatakan, window dressing biasanya terjadi pada bulan Desember. Pada akhir tahun ini, dia memprediksi window dressing masih berpotensi terjadi.

"Biasanya manajer investasi akan memilih saham-saham yang masih memiliki prospek serta undervalued karena saham-saham tersebut merupakan saham alfa untuk mempercantik kinerja portofolio manajer investasi tersebut," papar Azis pada Kontan, Selasa (10/4).


Baca Juga: Proyek Smelter dan Pengembangan EV Memoles Prospek Vale Indonesia (INCO)

Lebih lanjut Azis menerangkan, saham-saham yang harganya sudah naik tinggi, bisa dapat melanjutkan kenaikan, mengingat secara valuasi pun masih murah sejalan dengan adanya perbaikan kinerja.

Dalam perkiraannya, window dressing pada akhir tahun ini mungkin dapat terjadi pada saham sektor komoditas batu bara dan konstruksi. Ia menambahkan, momentum ini berpotensi meningkatkan performa Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), yang mana hingga akhir tahun 2022 Kiwoom Sekuritas menargetkan IHSG di kisaran 7.400-7.500.

Sebelum window dressing dimulai, Azis menyarankan investor bisa mengkoleksi saham-saham yang undervalued dan memiliki prospek baik, seperti sektor komoditas maupun sektor konstruksi. "Sektor komoditas batu bara mengingat musim dingin berpotensi meningkatkan demand dari batu bara. Sementara untuk sektor konstruksi mengingat adanya pembangunan IKN," tambah Azis.

Dia memberikan rekomendasi buy untuk saham ADRO, WIKA, dan ADHI dengan potensi kenaikan harga masing masing 15%-20%.

Baca Juga: Menebak Potensi Window Dressing di Tengah Ancaman Resesi Global

Senior Vice President Head of Retail Product Research & Distribution Division Henan Putihrai (HP) Asset Management Reza Fahmi Riawan juga mengungkapkan, window dressing kemungkinan akan terjadi pada Desember karena menurut sejarah dari 10 tahun sebelumnya, IHSG menghijau pada bulan Desember. "Window dressing kemungkinan akan terjadi di sektor energi dan keuangan karena valuasi masih murah," ungkap Reza.

Reza bilang, pada musim dingin membuat konsumsi energi meningkat di Eropa, dimana konsumsi energi terbesar Eropa adalah gas yang suplainya dibatasi oleh Rusia dan konsumsi energi terbesar keduanya adalah batu bara. Reza memperkirakan IHSG pada akhir tahun ini akan menyentuh level 7.400. Direktur Panin Asset Management Rudiyanto mengatakan perkiraan wajar IHSG akan berada di rentang 7.100-7.500.

Baca Juga: IHSG Diprediksi Menguat, Cermati Saham Rekomendasi Analis pada Rabu (5/10)

Sementara itu, Presiden dan CEO PT Pinnacle Persada Investama Guntur Putra melihat, potensi window dressing bisa saja terjadi di setiap sektor. "Istilah momentum window dressing ini mungkin dari sisi pasar bisa juga sebagai seasonality atau musiman. Belum tentu momentum window dressing jika memang dilakukan oleh pelaku pasar bisa membuat kinerja IHSG meningkat," jelas Guntur.

Pasalnya, sambung Guntur, jika secara makro dan fundamental memang kondisi pasar pada saat periode tertentu kurang baik dan tidak kondusif, maka upaya window dressing yang dilakukan oleh investor ataupun emiten juga belum tentu menyebabkan kondisi pasar berubah.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Wahyu T.Rahmawati