Siap terbit, MTN senilai Rp 1 Triliun



JAKARTA. Penerbitan surat utang jangka menengah atau medium term notes (MTN) di semester II-2014 makin ramai. Buktinya, PT Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo) menerima mandat untuk melakukan pemeringkatan bagi MTN senilai total Rp 1 triliun.

Direktur Pefindo, Vonny Widjaja mengatakan pihaknya telah menerima mandat pemeringkatan MTN yang akan terbit dalam waktu dekat. "Berdasarkan mandat MTN yang kami terima per hari ini (29/8), total rencana MTN yang akan terbit senilai Rp 1 triliun dari tiga emiten," kata Vonny kepada KONTAN, Jumat (28/8).

Sayangnya Vonny belum mau menyebut nama emiten atau sektornya. Sebelumnya, Pefindo) memprediksi penerbitan MTN tahun ini hanya akan berkisar Rp 4 triliun hingga Rp 5 triliun. Estimasi tersebut tidak jauh berbeda ketimbang penerbitan tahun lalu yang mencapai Rp 4,12 triliun.


Tahun lalu penerbitan MTN masih didominasi oleh perusahaan sektor keuangan senilai Rp 2,57 triliun. Sedangkan sisanya merupakan perusahaan perbankan Rp 1,05 triliun, konstruksi Rp 366 miliar, properti Rp 100 miliar, dan pertambangan Rp 35 miliar.

Prospek bagus

Penerbitan MTN masih menjadi pilihan menarik bagi perusahaan untuk mendapatkan dana segar. Yang terbaru, PT Cahaya Buana Kemala bakal menerbitkan MTN dengan nominal Rp 200 miliar.

Berdasarkan keterangan resmi perusahaan, surat utang tersebut bakal diterbitkan pada 1 September 2014 mendatang. Jangka waktu MTN bernama Cahaya Kemala 2014 ini selama enam tahun. Artinya MTN ini bakal jatuh tempo pada 1 September 2020. Surat utang ini memberikan suku bunga tetap yang dibayarkan secara tahunan. Sesuai jadwal, pembayaran kupon pertama dilakukan pada 1 September 2015.

Baru-baru ini, PT Indosurya Inti Finance (ISIF) juga menerbitkan MTN IV tahun 2014 senilai Rp 8,9 miliar. Surat utang itu telah melakukan distribusi secara elektronik 15 Agustus 2014 lalu. Perusahaan menawarkan kupon tetap sebesar 12,25% dengan frekuensi pembayaran bunga secara triwulanan. Tenor instrumen ini selama satu tahun atau jatuh tempo 15 Agustus 2015.

Ariawan, analis Sucorinvest Central Gani mengatakan penerbitan MTN menguntungkan bagi emiten yang membutuhkan pendanaan secara cepat. "Karena prosesnya lebih cepat dibandingkan obligasi," ujar Ariawan.

Menurut dia, prospek MTN cukup bagus karena yield masih rendah. Sehingga, biaya dana atau cost of fund yang harus ditanggung oleh emiten juga relatif lebih rendah. Jika dibandingkan dengan biaya pinjaman bank, biayanya tak jauh beda, tapi proses MTN lebih mudah.

Namun kelemahannya,  kata Ariawan, emiten perlu memberikan kupon yang lebih menarik dibandingkan dengan obligasi korporasi. Maklum, MTN tidak likuid di pasar sekunder. Analis Millenium Danatama Asset Management Desmon Silitonga mengatakan MTN berpeluang membagikan kupon lebih tinggi kepada investor dibandingkan obligasi biasa. Namun, risiko MTN juga lebih tinggi. Selain itu,  MTN juga tidak perlu melakukan public expose serta melakukan pemeringkatan.

"Sehingga biasanya investor yang masuk juga merupakan perusahaan terafiliasi serta korporasi atau private equity," kata Desmon. Dia memperkirakan penerbitan MTN sepanjang tahun ini hanya akan berkisar Rp 2 triliun hingga Rp 5 triliun.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Sofyan Hidayat