Bekas botol kaca dan plastik acap menumpuk di sekitar kita. Paling-paling jalan keluar yang paling cepat adalah memberikan kepada pemulung. Tapi, sejatinya, kita dapat memanfaatkan barang-barang tidak terpakai tadi agar lebih bernilai. Kita bisa mencontoh yang dilakukan Yusum Widi Astuti, Herman Purwanto, dan Tom Iwa Kustiawan. Mereka bisa memanfaatkan botol-botol bekas itu menjadi kerajinan yang mampu mengisi kocek agar lebih tebal. Semua berawal dari suka
Apa sebenarnya yang menggerakkan mereka menekuni pemanfaatan botol-botol bekas untuk kerajinan yang bernilai tinggi. Adalah Yuyun yang hatinya langsung tersentuh begitu melihat banyak botol-botol kemasan berserakan di lingkungannya. Kecintaan terhadap kerajinan membuatnya berpikir bagaimana memanfaatkan botol-botol bekas kemasan itu. Hampir sama dengan Yuyun, Herman Purwanto mengaku prihatin atas maraknya penebangan hutan dan tumpukan sampah yang jumlahnya terus meningkat. Ironisnya, hingga saat ini belum ada solusinya. Untuk mengurangi tumpukan sampah itulah Herman memanfaatkan botol dan sampah lain sebagai bahan kerajinan. Tom Iwa Kustiawan juga melakukan hal yang sama. Memanfaatkan sampah untuk membuat kerajinan. Namun, Tom hanya memanfaatkan limbah bohlam dan botol bekas. Inspirasi awal pemanfaatan botol bekas ketika menonton televisi yang menayangkan karya seni dari botol. "Setelah itu, saya nonton sebuah pameran kerajinan," ujarnya. Mari berkreasi Menurut Yuyun, ia memilih memanfaatkan botol bekas karena mudah mendapatkan bahan baku ini. “Hampir tiap hari ada botol bekas air mineral, botol sampo, botol bedak, dan lainnya,” ujar Yuyun kepada KONTAN. Untuk mendapatkan ide yang menarik untuk kerajinan botolnya, Yuyun mencari artikel dan browsing contoh-contoh kerajinan daur ulang di dunia maya. Dari botol bekas Yuyun bisa membuat dompet, tempat pensil, perhiasan, gelang, anting, tempat tisue, dan beberapa kerajinan lainnya. Permintaan dan respon pembeli atas produk kerajinannya terus meningkat. Karena itu, Yuyun membuat buku soal pembuatan berbagai aneka bros dari botol plastik warna sembari memasarkan produk daur ulang botol bekas melalui Facebook. Lain lagi dengan Herman Purwanto yang amat serius untuk mendaur ulang sampah hingga mendirikan Herco Craft pada 2014. “Sebenarnya idenya sejak 2013, saya coba dan riset dulu mulai dari komposisi bahan, desain sampai kualitasnya,” ujar pria asal Ungaran, Jawa Tengah ini. Herco Craft membuat aneka produk daur ulang yang berasal dari sampah organik dan sampah botol kaca. Produknya antara lain gelas, anting, kalung, sendok, piring, dekorasi rumah, tas wanita, topi dan dompet. “Khusus tas, topi, dan dompet terbuat dari sampah organik yang saya ramu sampai menjadi sejenis lembaran kertas, tapi bukan kertas. Komposisi itu saya dapatkan setelah riset selama lima tahun,” tukas Herman. Khusus tas, topi, dan dompet terbuat dari sampah organik yang saya ramu sampai menjadi sejenis lembaran kertas, tapi bukan kertas. Komposisi itu saya dapatkan setelah riset selama lima tahun, tukas Herman. Sedangkan untuk anting, kalung, lampu hias, gelas, piring, sendok dan dekorasi rumah berbahan baku botol kaca bekas. Aneka kerajinan ini dihargai mulai Rp 75.000 hingga Rp 200.000 per item. Sedangkan tas wanita ukuran sedang mulai Rp 200.000, topi koboi mulai Rp 300.000 dan dompet mulai Rp 150.000. Adapun untuk dekorasi rumah dihargai mulai Rp 500.000. Lama pengerjaan sekitar 2 minggu 3 minggu, jika sedikit rumit butuh waktu sekitar 3 bulan. Herman mengaku pernah mendapatkan pesanan termahal dengan proses pembuatan mencapai 6 bulan dari Australia, yakni barang dekorasi rumah berbentuk ikan arwana setinggi 2 meter. Saat itu ia membanderol kerajinan itu seharga sekitar Rp 100 juta. Bagaimana dengan Tom? Ia menyulap bohlam bekas atau botol minuman bekas menjadi berbagai macam produk kerajinan bernilai jual tinggi, seperti kapal dalam botol, foto pigura dalam botol, gantungan kunci, lampu hias botol hingga kreasi dari sampah styrofoam. Aneka kreasinya ini dihargai mulai Rp 5000 hingga Rp 250.000 per pieces. "Bagi orang yang berjiwa seni tidak susah, pembuatannya diperlukan ketelatenan, ketekunan, kecermatan, dan kesabaran yang tinggi, dengan itu semua akan dihasilkan karya yang berseni," ucap Tom. Lantaran hanya menyalurkan hobi dan mengisi waktu setelah pulang kerja, ia hanya melakukan produksi sesuai pesanan saja. Biasanya untuk kreasi lampu botol, ia bisa mendapat pesanan dua buah lampu per minggu. Tom sendiri fokus memasarkan produknya lewat online, seperti blog dan Facebook. Dari pemasaran online itu pesanan datang dari berbagai daerah, seperti Bandung, Jakarta, Kediri, Medan, Batam, Samarinda, Makasar, Palu, dan Denpasar. "Konsumen saya kebanyakan dari kelas menengah, mereka membeli kerajinan untuk dijadikan hadiah atau sekadar pajangan di rumahnya," ujar Tom. Harapan dan harapan Karena kegigihannya menciptakan produk daur ulang, Yuyun digandeng komunitas Nol Sampah pada tahun 2013 untuk memasok botol bekas. Dalam sebulan, teman-teman LSM bisa memasok 10 botol hingga 15 botol plastik dengan berbagai ukuran, kata Yuyun. Produknya pun bertambah menjadi kap lampu, vas bunga, dan lainnya. Dalam sebulan, omzet yang didapat Yuyun untuk penjualan produk sekitar Rp 1 juta hingga Rp 2 juta. Istri dari Fathoni Arief Rakhman ini mengatakan, omzet memang tidak cukup besar. Sebab, Yuyun fokus memberikan pelatihan pada ibu-ibu rumah tangga yang tidak berpenghasilan, remaja, dan anak-anak yang ingin memiliki kegiatan di luar sekolah. Bentuk pelatihannya adalah membuat bank sampah mandiri di lingkungan dan pelatihan singkat.
Ke depannya, Yuyun ingin memiliki galeri untuk menjual produknya serta sebagai tempat pelatihan warga untuk belajar mendaur ulang botol Adapun Herman berharap paradigma masyarakat terhadap sampah bisa berubah. “Saya mau suatu saat nanti paradigma masyarakat tentang sampah bisa berubah. Ternyata sampah bisa diolah jadi barang berguna dan punya nilai jual tinggi,” ujarnya. Dengan temuannya yang berupa komposisi lembaran sejenis kertas dari daur ulang sampah yang terdiri dari limbah organik seperti sayur, buah, dan potongan-potongan daging. Herman tidak mencampurkan sedikit pun barang berbahan kimia, plastik, besi, karet, kayu dan kertas. ia berharap suatu saat nanti penggunaan kayu untuk bahan kertas bisa semakin berkurang, sehingga, penebangan hutan pun bisa diminimalisir. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Tri Adi