Siapa di Balik Odickson, Kreditur Utama Bakrie?



JAKARTA. Hingga kini, PT Bakrie & Brothers Tbk (BNBR) belum bisa merampungkan transaksi penjualan maksimal 35% saham PT Bumi Resources Tbk (BUMI). Padahal, mereka akan menggunakan duit penjualan BUMI untuk membayar utang senilai total Rp 11,94 triliun kepada sembilan kreditur.Bursa Efek Indonesia (BEI) terus memantau masalah tersebut. Salah satu fokus perhatian otoritas bursa adalah status dan peran Odickson Finance SA sebagai kreditur utama BNBR. BEI telah melayangkan surat ke manajemen BNBR untuk menanyakan identitas Odickson dan kaitannya dengan raksasa bisnis tersebut.Namun, Sekretaris Perusahaan BNBR, R. A. Sri Dharmayanti, dalam surat balasannya Rabu (26/11), menyatakan BNBR tidak punya hubungan afiliasi dengan Odickson. "Sehingga pinjaman itu bukan merupakan transaksi benturan kepentingan," katanya.Seorang pejabat otoritas bursa menyatakan, BEI ingin mengetahui profil Odickson karena merupakan kreditur utama BNBR. "Dalam paparan publik BNBR beberapa waktu lalu, hanya Odickson yang belum jelas pemiliknya," katanya kepada KONTAN, kemarin. BEI merasa perlu membuka identitasnya, karena Odickson, sebagai kreditur BNBR, menguasai mayoritas saham Bumi yang jadi jaminan utang BNBR.Sekadar menyegarkan ingatan, pada April 2008, BNBR memperoleh pinjaman US$ 1,086 miliar dari Odickson dengan menjaminkan saham tiga anak usahanya. Sebagian besar adalah saham BUMI sebanyak 3,74 miliar saham atau 19,27% dari total saham BUMI. Saat ini, utang ke Odickson tinggal US$ 967,3 juta. Selain itu, BNBR juga masih punya utang ke delapan kreditur lain. Dengan kurs Rp 10.000 per dolar Amerika Serikat (AS), total nilai utang BNBR mencapai Rp 11,94 triliun. Berarti, porsi utang ke Odickson mencapai 81%. Rata-rata utang jangka pendek itu jatuh tempo enam hingga 12 bulan ke depan. Saat ini, BNBR berupaya merestrukturisasi utang-utang itu dengan cara memperpanjang waktu jatuh tempo.Seorang pelaku pasar modal bilang, peran Odickson sangat krusial dalam penyelesaian utang BNBR. Masalahnya, identitas perusahaan berbentuk Special Purpose Vehicle (SPV) yang berdomisili di British Virgin Island ini tak jelas. Riset UBS Securities pada 9 Oktober 2008 mengungkapkan, manajemen BNBR pernah bilang bahwa perusahaan tidak punya kaitan dengan Odickson. Tapi, punya hubungan pertemanan.Yang jelas, selama ini, Odickson tak pernah ribut menagih pembayaran utang kepada BNBR. Padahal, kejatuhan harga saham BUMI sebulan terakhir telah menggerus nilai jaminan utangnya. Sayang, hingga berita ini ditulis, KONTAN belum bisa memperoleh konfirmasi dari manajemen BNBR.Kabar mengenai penyelesaian transaksi penjualan 35% saham BUMI kepada Northstar Pacific Partners Ltd juga masih simpang siur. "Kami sudah menyelesaikan due diligence dan proses ini memasuki tahap akhir," kata pemilik Northstar, Patrick Walujo, seperti dikutip Bloomberg, kemarin. Namun, kemungkinan Northstar hanya bisa membeli maksimal 20% saham BUMI.

Saham BUMI naik-turun

Kondisi ini memicu aksi spekulasi di lantai bursa. Kemarin, harga saham BUMI sempat melambung 14,71% ke posisi Rp 1.170 per saham. Namun, memasuki sesi kedua perdagangan, harganya kembali melorot 9,8% dan berakhir pada posisi Rp 920 per saham. "Kalau harga komoditas naik, akan memberi sentimen positif pada harga saham ini," kata Analis Reliance Securities, Gina Novrina Nasution.Di sisi lain, BUMI akhirnya bersedia merevisi proposal rencana pembelian kembali atau buy back 17% saham. Seperti permintaan BEI, mereka tak lagi mencantumkan target rata-rata harga buy back sebesar Rp 2.500 per saham, dan potensi peningkatan harga saham sebesar 127,8% pasca aksi korporasi itu. Namun, BUMI belum menjelaskan detil sumber dana buat hajatan itu.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Barratut Taqiyyah Rafie