KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pisang sederhana ini telah melewati perjalanan yang luar biasa: dari hanya buah biasa menjadi simbol seni konseptual, hingga menjadi salah satu karya seni paling kontroversial dan mahal di dunia. "Comedian," karya seniman Italia Maurizio Cattelan, berhasil dilelang seharga US$5,2 juta (Rp 82,5 miliar) di Sotheby’s New York, menjadikannya salah satu buah termahal yang pernah dijual.
Makna di Balik "Comedian"
"Comedian" bukan sekadar pisang yang direkatkan dengan selotip ke dinding. Menurut Cattelan, karya ini adalah komentar tulus tentang apa yang kita anggap bernilai dalam hidup. Karya ini menyentuh isu nilai, konsumsi, dan absurdnya pasar seni modern.
Baca Juga: Perdebatan Ayam atau Telur, Mana yang Lebih Dulu? Akhirnya Terpecahkan "Di pameran seni, kecepatan dan bisnis mendominasi. Jadi saya melihatnya seperti ini: jika saya harus berada di pameran, saya bisa menjual pisang seperti orang lain menjual lukisan," ujar Cattelan. Pemenang lelang, Justin Sun, seorang pengusaha kripto, menggambarkan karya ini sebagai "fenomena budaya." Dia membayar lebih dari empat kali lipat dari perkiraan awal untuk mendapatkan pisang ini.
Apa yang Didapatkan oleh Pembeli?
Dengan harga penuh US$6,24 juta atau sekitar Rp99 miliar (termasuk biaya tambahan), Sun menerima:
- Pisang asli.
- Selotip untuk merekatkan pisang.
- Instruksi pemasangan, termasuk cara mengganti pisang yang membusuk.
- Sertifikat keaslian yang menjadi inti dari nilai karya seni ini.
Sertifikat ini memungkinkan Sun untuk memamerkan "Comedian" sebagai karya seni otentik Cattelan, meskipun pisangnya diganti berkali-kali.
Baca Juga: Jepang Dapat Jackpot Setelah Temukan 230.000.000 Ton Mineral Langka Bernilai Miliaran Kontroversi dan Respon Publik
Sejak debutnya di Art Basel Miami pada 2019, "Comedian" telah menjadi bahan perdebatan global. Tiga edisi karya ini sebelumnya terjual dengan harga antara US$120.000 - US$150.000, memicu kritik tajam terhadap dunia seni. David Datuna, seorang seniman pertunjukan, pernah memakan salah satu pisang "Comedian" di Miami dengan alasan bahwa dia "lapar." Aksi serupa dilakukan oleh mahasiswa seni Korea Selatan tahun lalu. Namun, bagi pengamat seni seperti Matthew Slotover, absurditas karya ini adalah bagian dari daya tariknya. “Ini provokatif, dimaksudkan untuk terlihat konyol,” katanya.
Pengaruh "Comedian" dalam Dunia Seni
Karya ini sering dibandingkan dengan seni provokatif lainnya, seperti urinoir Marcel Duchamp atau tumpukan bata Carl Andre. Keunikan "Comedian" adalah kemampuannya untuk memanfaatkan konteks pameran seni yang ramai, sehingga menciptakan buzz besar dalam waktu singkat.
Mengapa Justin Sun Membeli Pisang Ini?
Bagi Justin Sun, pembelian ini lebih dari sekadar investasi seni. Dia membeli ide, cerita di balik karya ini, serta pengakuan sebagai kolektor yang memahami seni konseptual. "Comedian" juga mencerminkan nilai abstrak yang dipahami oleh penggemar kripto seperti Sun, yang terbiasa dengan konsep nilai non-fisik.
Baca Juga: Nama Unik Anak Elon Musk: X Æ A-12 dan Cara Pengucapannya yang Membingungkan Warisan Seni yang Berkelanjutan
Meskipun pisang itu akan segera membusuk, "Comedian" diyakini akan terus menginspirasi debat dan refleksi dalam dunia seni selama bertahun-tahun.
Menurut Emmanuel Perrotin, dealer seni Cattelan, karya ini telah "membentuk era kita dan akan terus menjadi simbol penting dalam seni modern." Sun sendiri berencana untuk memakan pisang tersebut sebagai penghormatan terhadap tempatnya dalam sejarah seni dan budaya populer. Namun, perjalanan pisang ini menunjukkan bagaimana seni dapat melampaui batas material untuk menyampaikan gagasan yang abadi.
Editor: Handoyo .