Siapkah Paris Menggelar Olimpiade 2024?



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kurang dari smbilan bulan jelang pembukaan Olimpiade Musim Panas 2024 di Paris, pemerintah berpacu dengan waktu untuk mengebut persiapan.

DW merangkum beberapa tantangan utama yang dihadapi Paris menjelang Olimpiade:

Siapa pun yang pernah mengunjungi Paris pasti pernah menjumpai ratusan pedagang buku bekas di sepanjang bantaran Sungai Seine. Namun sentra niaga ikon ibu kota itu ingin dihapus pihak berwenang jelang Olympiade.


Baca Juga: Seram, Kutu Busuk di Paris Ditemukan di Bangku Kereta dan Bioskop

"Kami akan memberantas sepenuhnya pedagang kaki lima, para peramal nasib dan kegiatan ilegal lainnya,” kata Kepala Polisi Paris, Laurent Nunez.

Bouquinist alias lapak buku telah menyemarakkan bantaran Sungai Seine sejak abad ke-16. Keberadaan para pedagang di sana turut melahirkan julukan unik, sebagai "satu-satunya sungai yang mengalir di antara rak-rak buku".

Polisi sebaliknya berdalih, lapak-lapak yang sebagian sudah bediri sejak seratus tahun itu bisa digunakan untuk menyimpan bom. Bantaran Sungai Seine termasuk lokasi penyelenggaraan pesta pembukaan dan diprediksi akan dipenuhi lautan manusia.

Baca Juga: Ini Daftar Lengkap Atlet Peraih Medali Indonesia di Asian Games 2022 Hangzhou

Tuna wisma

Bukan hanya buku dan pernak-pernik budaya yang dibersihkan dari jalanan kota Paris, melainkan juga manusia. Meskipun bersikeras bahwa penertiban tidak berkaitan dengan Olimpiade atau Piala Dunia Rugbi tahun depan, pemerintah Prancis tetap mengebut rencana untuk memindahkan kaum tunawisma dari Paris ke kota-kota Perancis lainnya.

Sekitar setengah dari sekitar 200.000 tunawisma di Prancis hidup di kota Paris dan wilayah sekitar Ile-de-France, di mana mereka mendapat bantuan negara, peluang kerja yang lebih baik, akses terhadap badan amal dan kontak dengan keluarga dan teman.

Menurut data pemerintah yang dilansir CNN pada September lalu, sekitar 1.800 tunawisma, sebagian besar migran, telah dipindahkan dari Paris sejak April 2023 ke lokasi-lokasi alternatif di seluruh negeri – dengan kapasitas lebih dari 50 orang per minggu.

Namun situasi diperburuk oleh keputusan pemilik hotel untuk menarik diri dari skema penampungan darurat tunawisma untuk mengantisipasi kunjungan wisatawan selama Olimpiade.

Baca Juga: Heboh Kutu Busuk di Paris, Seperti Apa Bentuk Gigitan dan Cara Menghilangkannya?

Wabah kutu busuk

Terlepas dari pemindahan paksa tunawisma yang kontroversial, Paris juga menghadapi tantangan lain, yakni invasi kutu busuk yang meningkat selama beberapa tahun terakhir.

Menurut pemerintah, setidaknya satu dari 10 warga kota sudah pernah mengalami gigitan kutu busuk dalam lima tahun terakhir. Runyamnya bagi penyelenggaraan Olimpiade, fenomena ini dilaporkan telah melanda ruang publik, seperti di transportasi umum atau bahkan di bioskop.

Pihak berwenang Perancis dan penyelenggara Olimpiade mengkhawatirkan dampak psikologis wabah kutu busuk terhadap citra kota.

Baca Juga: Wabah Kutu Busuk Melanda Paris Jelang Olimpiade 2024

Nasib kampung atlet

Salah satu tempat yang diharapkan oleh penyelenggara akan bebas dari kutu busuk adalah perkampungan olimpiade yang sedang dibangun di Seine-Saint-Denis, di pinggir kota Paris. Rencananya, fasilitas baru itu dan akan mampu menampung 22.500 atlet selama Olimpiade dan Paralimpiade .

Pemanfaatan Perkampungan Olimpiade di masa depan adalah pertanyaan kunci terkait warisan Olimpiade. Pihak berwenang bersikeras bahwa desa atlit didesain berkelanjutan dan ramah lingkungan, karena telah dilengkapi dengan sistem pemanas dan pendingin bertenaga panas bumi untuk mengurangi emisi karbondioksida..

Namun sejumlah kalangan masih mengkhawatirkan isu-isu lain seperti polusi udara, kurangnya transportasi publik dan ketersediaan hunian terjangkau setelah Olimpiade.

Artikel ini telah tayang di DW.com dengan judul : "Siapkah Paris Menggelar Olimpiade 2024?". Klik untuk baca: https://www.dw.com/id/siapkah-paris-gelar-olimpiade-2024/a-67256515?maca=ind-VAS_Ind_Kontan_News-35437-xml-media

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Syamsul Azhar