KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Harum Energy Tbk (HRUM) menyiapkan anggaran investasi dan belanja modal (
capital expenditure/capex) jumbo untuk tahun ini. Nilainya mencapai US$ 687 juta. Sebagai gambaran saja, jumlah itu setara dengan Rp 11,12 triliun jika dikonversi dengan asumsi kurs Rp 16.190 per dolar Amerika Serikat. Direktur Utama Harum Energy Ray Antonio Gunara membeberkan 95% dari anggaran investasi dan capex HRUM tersebut akan dipakai untuk pengembangan segmen bisnis nikel yang sudah ada.
Kemudian sisanya akan digunakan untuk menunjang bisnis batubara.
Baca Juga: Harum Energy (HRUM) Absen Bagikan Dividen, Ini Alasannya "Realisasi belanja modal dapat berubah tergantung pada kondisi pasar, ketersediaan dana dan perubahan jadwal konstruksi proyek atau investasi baru," ungkap Ray dalam paparan publik yang digelar secara virtual, Jumat (7/6). Ray tidak merinci sumber pendanaan untuk menutupi kebutuhan investasi dan capex tersebut. Yang terang, HRUM melalui anak usahanya, PT Tanito Harum Nickel (THN) telah mengantongi fasilitas pinjaman bank senilai US$ 620 juta untuk belanja modal dan pembiayaan modal kerja. Kemudian, HRUM absen membagikan dividen karena laba bersih dari tahun buku 2023 akan dicadangkan untuk memperkuat kas. "Tidak membagikan dividen tunai karena adanya kebutuhan kas di tahun 2024 dan ke depannya, sehubungan dengan investasi atau proyek-proyek yang sedang dikerjakan," terang Ray. Adapun, hingga kuartal I-2024 HRUM menyerap capex sebesar US$ 17,4 juta atau baru sekitar 2,5% dari total anggaran investasi yang disiapkan. Realisasi capex pada kuartal I-2024 terutama dipakai untuk penambahan properti pertambangan dan pembelian kendaraan.
Agenda Ekspansi HRUM
Setelah cukup agresif mengambil alih atau menambah kepemilikan saham di perusahaan nikel, Ray menyatakan bahwa HRUM akan mengerem akuisisi di tahun ini. Dus, HRUM lebih fokus menggelar ekspansi pada portofolio aset yang sudah ada. Terutama ekspansi kapasitas nikel untuk proses hilirisasi, sehingga bisa mendiversifikasi produk nikel turunan. Langkah ini diharapkan bisa meningkatkan pendapatan dan laba, termasuk adanya potensi arus kas yang stabil dari struktur biaya produksi yang kompetitif dan insentif pajak.
Baca Juga: Pioneerindo Gourmet (PTSP) Incar Pertumbuhan Penjualan 12% pada 2024, Ini Strateginya Salah satu proyek yang sedang dibangun adalah smelter nikel PT Blue Sparking Energy (BSE). Konstruksi proyek smelter nikel dengan teknologi High Pressure Acid Leach (HPAL) ini ditargetkan rampung pada akhir tahun 2025, dan bisa berproduksi komersial pada kuartal I-2026. Estimasi nilai investasi untuk proyek ini maksimal mencapai US$ 2 miliar. Adapun, HRUM memiliki 51% saham di BSE. "Kami masih memerlukan tambahan biaya yang cukup besar. Sejauh ini Perseroan sudah melakukan investasi sebesar US$ 500 juta," ungkap Ray.
Editor: Tendi Mahadi