Siapkan CKPN lebih besar, laba BTN turun 7,25% pada 2018



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Di saat bank pelat merah berlomba-lomba menambah laba, PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk (BBTN) justru mengalami penuranan laba pada 2018.

Tahun lalu, bank yang punya bisnis utama di bidang kredit perumahan ini hanya mampu meraih laba Rp 2,80 triliun, turun 7,25% (yoy) dibandingkan perolehan laba tahun 2017 yang sebesar Rp 3,02 triliun.

Direktur Keuangan BTN Iman Nugroho Soeko mengatakan turunnya laba BTN disebabkan dari penambahan cadangan kerugian nilai (CKPN) guna memenuhi ketentuan pernyataan standar akuntansi keuangan (PSAK) 71.

“Penyebab utama penurunan laba berasal dari pembentukan CKPN kami yang naik hingga 93,8% (yoy),” kata Iman kepada Kontan.co.id, Jumat (29/3).

Tahun lalu, BTN mengalokasikan tambahan CKPN hingga Rp 1,7 triliun. Nah, tambahan alokasi CKPN sudah dilakukan BTN sejak 2014 sebesar Rp 776,9 miliar, 2015 sebesar Rp 901,3 miliar, 2016 senilai Rp 707,6 miliar, dan 2017 sebesar Rp 884,4 miliar.

Iman menambahkan penurunan laba juga lantaran tergerusnya marjin bunga bersih BTN sebesar 44 basis poin (bps). Pada 2018, BTN meraih marjin sebesar 4,32%, lebih rendah dibandingkan 2017 sebesar 4,76%.

PSAK 71 akan diterapkan secara penuh pada tahun 2020. Nah tahun ini Iman bilang BTN masih akan kembali menambah CKPN. Namun, ia memastikan laba BTN tahun depan akan kembali positif berkat tambahan CKPN yang dilakukan BTN sejak 2014.

“Karena tahun lalu sudah terkoreksi, untuk tahun ini akan kembali positif, karena kebutuhan penambahannya akan lebih rendah,” lanjutnya.

Tahun ini BTN menargetkan bisa meriah pertumbuhan laba di atas 15%. Hal ini akan ditopang dari target pertumbuhan kredit dan dana pihak ketiga (DPK) dengan target serupa sebesar 13%-15%.

Sementara pada 2018, pertumbuhan kredit BTN mampu tumbuh 19,48% (yoy) menjadi Rp 237,8 triliun. Dengan DPK yang tumbuh 19,34% (yoy) menjadi Rp 230,3 triliun. Dengan capaian tersebut BTN dapat meraih pertumbuhan pendapatan bunga bersih sebesar 8,06% (yoy) menjadi Rp 10,2 triliun pada 2018.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Herlina Kartika Dewi