Siasati DMO, Bukit Asam tingkatkan penjualan ekspor



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Bukit Asam Tbk (PTBA) berniat mengerek penjualan batubara berkalori tinggi. Harapannya, penjualan ini dapat mengompensasi tekanan dari kebijakan domestic market obligation (DMO).

Sejumlah produsen batubara diwajibkan menjual produknya kepada Perusahaan Listrik Negara (PLN) di harga tertentu. PTBA adalah salah satu produsen yang menyediakan batubara ke PLN.

Manajemen PTBA bakal meningkatkan volume ekspor pada tahun ini dengan membuka pasar baru. "Negara seperti Jepang dan Taiwan adalah pasar yang memerlukan batubara berkalori tinggi," ujar Direktur Utama PTBA Arviyan Arifin dalam paparan publik, kemarin.


Selama kuartal pertama tahun ini, pendapatan ekspor setara 55% total pendapatan PTBA. Adapun pendapatan domestik sebesar 43%. Sisanya 2% merupakan pendapatan atas aktivitas usaha lain, yakni penjualan listrik, briket, minyak sawit mentah, jasa kesehatan rumahsakit serta jasa sewa.

Hingga akhir kuartal I-2018, PTBA meraih pendapatan Rp 5,75 triliun. Jumlah ini tumbuh 26,43% dibandingkan pendapatan kuartal I-2017 senilai Rp 4,55 triliun.

Selama tiga bulan pertama tahun ini, pertumbuhan pendapatan ditopang kenaikan penjualan batubara ekspor. Sedangkan pendapatan domestik relatif sama dibandingkan setahun lalu.

PTBA mencatat, harga jual rata-rata batubara selama kuartal I-2018 tumbuh 10% year-on-year (yoy) menjadi Rp 892.243 per ton.

Pertumbuhan harga jual batubara PTBA sejalan dengan penguatan harga batubara Newcastle yang naik 26%. Harga batubara PTBA juga seirama dengan harga batubara thermal Indonesia atau Indonesia Coal Index (ICI) GAR 5000 yang naik sebesar 16% (yoy).

Manajemen PTBA tengah mengembangkan proyek pembangkit listrik tenaga surya (PLTS). PTBA ingin tidak selalu mengandalkan penjualan batubara. Dalam membangun bisnis berbasis energi bersih ini, emiten pelat merah itu akan menggandeng asing.

PTBA menjajaki pihak asing untuk bekerjasama terkait penyediaan teknologi panel tenaga surya. Instrumen panel ini menjadi item penting dalam bisnis pembangkit tenaga surya. "Ada yang dari Jepang, Eropa, China dan Selandia Baru," kata Arviyan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Wahyu T.Rahmawati