KONTAN.CO.ID -JAKARTTA. Sidang kasus dugaan korupsi Jiwasraya kembali digelar di Pengadilan Negeri Jakarta Pusat hari ini. Kali ini ada yang berbeda, jika sebelumnya ada banyak karangan bunga dari nasabah Wanaartha yang rekening efeknya diblokir Kejaksaan Agung, kini karangan bunga malah mendukung trerdakwa Benny Tjokro. Pantauan wartawan Kontan.co.id Yuwono Tri pada Rabu (10/9) PN Jakarta Pusat. Muncul dukungan berupa karangan bunga bagi Benny Tjokrosaputro, salah satu tersangka kasus korupsi PT Asuransi Jiwasraya. Baca Juga: Kasus Jiwasraya, sidang lanjutan pembacaan nota keberatan digelar hari ini (10/6)
Majalah Forbes tahun lalu memasukkan Benny Tjokro dalam daftar 50 orang terkaya di Indonesia. Cucu dari Kasom Tjokrosaputro, sang pendiri grup usaha Batik Keris, ini ada di urutan ke-43. Forbes menaksir kekayaan pria yang lahir di Surakarta, Jawa Tengah, 15 Mei 1969, ini mencapai US$ 670 juta atau sekitar Rp 9,14 triliun (kurs Rp 13.650 per dolar AS). Benny Tjokro memulai aktivitas investasinya di pasar modal sejak duduk di bangku kuliah. Alumnus Fakultas Ekonomi Universitas Trisaksi, Jakarta, ini kenal dunia saham lantaran diajak teman-teman kuliahnya. Saham PT Bank Ficorinvest Tbk merupakan portofolio pertama yang Benny Tjokro beli bermodal tabungan dari uang saku kuliah. Dia membelinya langsung di pasar perdana alias saat Ficorinvest melantai di bursa efek. Lalu, apa yang membuat Benny Tjokro tertarik bermain saham waktu itu? "Sederhana saja, mau cari untung," katanya kepada KONTAN dalam wawancara pada 1 Februari 2019 lalu. Tapi, ketika itu, sang Ayah memarahinya begitu tahu Benny Tjokro bermain saham. "Awalnya, dia pikir bermain saham itu judi, lalu saya dimarah-marahin. Tapi lama-kelamaan dibiarkan juga. Mungkin dia berfikir anaknya ini punya bakat. Sempat dimarah-marahi karena kalau saya rugi, kan dia yang nombokin," bebernya. Mulanya, Benny Tjokro hanya mengeluarkan modal beberapa juta rupiah saja untuk bermain saham. Tapi, "Begitu mau lulus kuliah, nekat main sampai ratusan juta rupiah," ungkap dia. Sejatinya, sang ayah pernah meminta Benny Tjokro untuk belajar berbisnis biar tidak ketagihan bermain saham. Misalnya, dengan membantu mengurus bisnis Keris Gallery.
"Disuruh ngurusin pertanian, juga pernah. Disuruh dagang semen sampai ke Timor Timur, pernah. Bangun rumah, pernah. Bikin pom bensin, pernah. Bebasin tanah, pernah. Jadi pengalaman saya sudah macam-macam," sebutnya. Tapi, biarpun mendapat kerjaan macam-macam, tetap saja Benny Tjokro bermain saham. "Dasar doyan, ya akhirnya saya dibiarkan bermain saham oleh bapak. Sebenarnya dikasih tanggungjawab pekerjaan saat itu agar saya tidak bermain saham. Tetapi, ya tetap saja saya bermain saham," ujar dia.