Sido Muncul mengerem ekspansi ke luar negeri



JAKARTA. Kelanjutan bisnis PT Industri Jamu dan Farmasi Sido Muncul Tbk (Sido Muncul) kini di tangan nakhoda baru. Maklum,  saat ini posisi Direktur Utama PT Industri Jamu dan Farmasi Sido Muncul Tbk dijabat oleh Jonatha Sofjan Hidayat. Dia menggantikan posisi sang kakak, Irwan Hidayat.

Jonatha menyatakan akan fokus menggarap potensi pasar dalam negeri dan mengerem ekspansi pasar ke luar negeri. Pertimbangannya, ekspansi jamu ke pasar internasional lebih sulit ketimbang ekspansi pasar produk serupa di dalam negeri.

Menurutnya, Sido Muncul membutuhkan waktu lebih lama untuk membangun brand image di pasar mancanegara. "Buat apa menjual sampai Kutub Utara, Kutub Selatan, sementara pasar di dalam negeri masih banyak yang belum kami gali," terang Jonatha kepada KONTAN, Selasa (30/8) di kantornya.


Dia mencontohkan, perusahaan berkode saham SIDO di Bursa Efek Indonesia itu kesulitan menjajakan produk Kuku Bima Ener-G sachet di  pasar Filipina.

Menurut analisis Sido Muncul, pasar Filipina lebih suka dengan produk praktis siap konsumsi (ready to drink). Kecenderungan konsumen Filipina tersebut berlawanan dengan minuman bubuk dalam sachet yang membutuhkan proses sebelum siap minum.

Sido Muncul memang memproduksi Kuku Bima Ener-G ready to drink dalam kemasan botol. Namun, berdasarkan hitung-hitungan bisnis, biaya ekspor produk kemasan botol lebih mahal ketimbang ongkos kirim produk dalam kemasan sachet. "Pengirimannya akan lebih berat," papar Jonathan.

Alhasil, alih-alih memaksakan diri mengekspor Kuku Bima Ener-G, Sido Muncul memilih bertahan di pasar mancanegara dengan satu produk saja, yakni Tolak Angin. Apalagi respon pasar luar negeri terhadap produk itu juga lebih baik.

Nah, untuk membesarkan pasar dalam negeri, utamanya pasar Kuku Bima Ener-G, Sido Muncul akan memacu penjualan produknya melalui kafe jamu.  Untuk memperluas jaringan, Sido Muncul menawarkan kemitraan bisnis kafe jamu kepada kalangan pelaku usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM).

Bank Rakyat Indonesia  (BRI) akan menyokong pendanaannya  melalui skema kredit usaha rakyat (KUR) senilai maksimal Rp 25 juta per pelaku UMKM.

Kafe jamu tersebut akan menggunakan Kuku Bima Ener-G botol dan sachet sebagai pengganti anggur dalam racikan jamu. Pada tahap awal, Sido Muncul menargetkan 20.000 kafe jamu.  

Pendirian kafe jamu juga menjadi strategi Sido Muncul yang sulit bersaing di pasar ritel modern.  "Sulit masuk ke ritel, untuk masuk ke lemari pendinginnya saja harus bersaing dengan merek lain," jelas Jonatha.

Hal itulah yang menyebabkan hingga kini distribusi produk Kuku Bima Ener-G kemasan botol masih terbatas di Jabodetabek, Jawa Tengah dan Jawa Timur. Padahal, semula Sido Muncul berharap segmen menengah ke atas bisa menyerap Kuku Bima Ener-G botol sedangkan segmen menengah ke bawah menyerap yang sachet.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Dupla Kartini