KONTAN.CO.ID -JAKARTA. Tak hanya fokus pada pasar dalam negeri, PT Industri Jamu dan Farmasi Sido Muncul Tbk (SIDO) juga tengah mengembangkan pasar ekspor untuk produk-produk herbalnya. Produsen minuman Tolak Angin ini juga mencari peluang dengan menyasar negara tujuan baru. Untuk memulai ekspor biasanya perseroan melakukan kajian terlebih dahulu. Sebab kata Leonard, Direktur Keuangan SIDO tantangan terbsear untuk pasar eskpor sangat beragam mulai dari registrasi, ditribusi, hingga penetrasi pasar. Baca Juga: Sido Muncul (SIDO) jajaki peluang ekspor ke Asean dan Afrika "Karena butuh edukasi produk yang mendalam untuk memperkenalkan produk jamu, jenis-jenisnya, cara penggunaannya atau aturan pakai, hingga menjelaskan khasiat dan kegunaan produk tersebut," ujarnya kepada Kontan.co.id, Senin (23/12). Oleh karena itu Leonard mengaku butuh waktu untuk dapat memperkenalkan produk herbal asli Indonesia ini, karena perusahaan juga harus menyesuaikan dengan selera pasar di setiap negara. Lebih lanjut ia bilang, berbagai strategi marketing perseroan lakukan untuk dapat menembus pasar ekspor, dimulai dari beriklan di TV, via media sosial, mengikuti event-event, hingga bagi-bagi sampling. Supaya produk Sido Muncul dapat dikenal dan diketahui manfaatnya oleh konsumen di negara ekspor tersebut. Adapun negara yang sudah berhasil ditembus perseroan sampai saat ini ialah Filipina, Malaysia dan Nigeria. Di Filipina misalnya produk Tolak Angin sudah ada di lebih dari 15 jaringan toko ritel negara tersebut, yang paling baru ialah Nigeria yang baru dijajaki Maret 2019 ini. Sampai akhir tahun, manajemen memperkirakan porsi ekspor baru berkisar 5% dari penjualan bersih SIDO. Leonard pun mengaku belum dapat memberikan angka detil untuk target pertumbuhan ekspor di tahun depan, namun ia bilang bahwa perusahaan akan menjaga agar kontribusinya bagi revenue paling tidak sama dengan tahun ini kisaran 5%. Selain itu di tahun 2020 perseroan bakal menjajaki negara tujuan ekspor baru seperti Myanmar, Kamboja dan Vietnam. Selain kawasan Asia Tenggara, Leonard bilang SIDO juga tengah menapaki peluang ekspor di Arab Saudi dan Ghana. Baca Juga: Resmikan pabrik baru, kapasitas produksi Sido Muncul (SIDO) naik 2,5 kali lipat Adapun manajemen memandang bisnis penjualan produk herbal dan jamu memiliki prospek positif di tahun 2020. Hal ini disebabkan oleh adanya tren pergeseran perilaku konsumen yang kini lebih menyukai produk-produk berbahan alami, maka itu SIDO optimistis tahun depan dapat menggapai pertumbuhan dobel digit. Guna mengantisipasi tren kenaikan permintaan tersebut perusahaan jauh-jauh hari telah menambah pabrik Cairan Obat Dalam (COD) ke-II yang telah beroperasi komersial pada awal tahun ini dengan kapasitas terpasang 100 juta sachet per tahun. Menurut materi paparan publik perseroan, tingkat pemanfaatan dari total kapasitas produksi herbal perusahaan berkisar 55%-60%. SIDO belum berencana menambah kapasitas produksi baru lagi di tahun depan karena menimbang kapasitas eksisting saat ini masih dapat dimaksimalkan. Mengulik laporan keuangan perseroan sampai kuartal-III 2019 total revenue mencapai Rp 2,12 triliun atau tumbuh 9,48% year on year (yoy). Sebagian besar penjualan ditopang oleh segmen produk jamu herbal dan suplemen sebesar Rp 1,42 triliun atau setara dengan sekitar 67,09% total penjualan. Selanjutnya, sebanyak 28,56% penjualan SIDO berasal dari segmen makanan dan minuman. Sementara itu, sekitar kurang dari 5% sisanya ditopang oleh penjualan dari segmen farmasi.
Sido Muncul menjajal ekspor ke negara tujuan baru di tahun 2020
KONTAN.CO.ID -JAKARTA. Tak hanya fokus pada pasar dalam negeri, PT Industri Jamu dan Farmasi Sido Muncul Tbk (SIDO) juga tengah mengembangkan pasar ekspor untuk produk-produk herbalnya. Produsen minuman Tolak Angin ini juga mencari peluang dengan menyasar negara tujuan baru. Untuk memulai ekspor biasanya perseroan melakukan kajian terlebih dahulu. Sebab kata Leonard, Direktur Keuangan SIDO tantangan terbsear untuk pasar eskpor sangat beragam mulai dari registrasi, ditribusi, hingga penetrasi pasar. Baca Juga: Sido Muncul (SIDO) jajaki peluang ekspor ke Asean dan Afrika "Karena butuh edukasi produk yang mendalam untuk memperkenalkan produk jamu, jenis-jenisnya, cara penggunaannya atau aturan pakai, hingga menjelaskan khasiat dan kegunaan produk tersebut," ujarnya kepada Kontan.co.id, Senin (23/12). Oleh karena itu Leonard mengaku butuh waktu untuk dapat memperkenalkan produk herbal asli Indonesia ini, karena perusahaan juga harus menyesuaikan dengan selera pasar di setiap negara. Lebih lanjut ia bilang, berbagai strategi marketing perseroan lakukan untuk dapat menembus pasar ekspor, dimulai dari beriklan di TV, via media sosial, mengikuti event-event, hingga bagi-bagi sampling. Supaya produk Sido Muncul dapat dikenal dan diketahui manfaatnya oleh konsumen di negara ekspor tersebut. Adapun negara yang sudah berhasil ditembus perseroan sampai saat ini ialah Filipina, Malaysia dan Nigeria. Di Filipina misalnya produk Tolak Angin sudah ada di lebih dari 15 jaringan toko ritel negara tersebut, yang paling baru ialah Nigeria yang baru dijajaki Maret 2019 ini. Sampai akhir tahun, manajemen memperkirakan porsi ekspor baru berkisar 5% dari penjualan bersih SIDO. Leonard pun mengaku belum dapat memberikan angka detil untuk target pertumbuhan ekspor di tahun depan, namun ia bilang bahwa perusahaan akan menjaga agar kontribusinya bagi revenue paling tidak sama dengan tahun ini kisaran 5%. Selain itu di tahun 2020 perseroan bakal menjajaki negara tujuan ekspor baru seperti Myanmar, Kamboja dan Vietnam. Selain kawasan Asia Tenggara, Leonard bilang SIDO juga tengah menapaki peluang ekspor di Arab Saudi dan Ghana. Baca Juga: Resmikan pabrik baru, kapasitas produksi Sido Muncul (SIDO) naik 2,5 kali lipat Adapun manajemen memandang bisnis penjualan produk herbal dan jamu memiliki prospek positif di tahun 2020. Hal ini disebabkan oleh adanya tren pergeseran perilaku konsumen yang kini lebih menyukai produk-produk berbahan alami, maka itu SIDO optimistis tahun depan dapat menggapai pertumbuhan dobel digit. Guna mengantisipasi tren kenaikan permintaan tersebut perusahaan jauh-jauh hari telah menambah pabrik Cairan Obat Dalam (COD) ke-II yang telah beroperasi komersial pada awal tahun ini dengan kapasitas terpasang 100 juta sachet per tahun. Menurut materi paparan publik perseroan, tingkat pemanfaatan dari total kapasitas produksi herbal perusahaan berkisar 55%-60%. SIDO belum berencana menambah kapasitas produksi baru lagi di tahun depan karena menimbang kapasitas eksisting saat ini masih dapat dimaksimalkan. Mengulik laporan keuangan perseroan sampai kuartal-III 2019 total revenue mencapai Rp 2,12 triliun atau tumbuh 9,48% year on year (yoy). Sebagian besar penjualan ditopang oleh segmen produk jamu herbal dan suplemen sebesar Rp 1,42 triliun atau setara dengan sekitar 67,09% total penjualan. Selanjutnya, sebanyak 28,56% penjualan SIDO berasal dari segmen makanan dan minuman. Sementara itu, sekitar kurang dari 5% sisanya ditopang oleh penjualan dari segmen farmasi.