Sidomulyo Selaras (SDMU) menanti kontrak dari Jambi



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Sidomulyo Selaras Tbk sedang menanti kontrak pengangkutan minyak mentah di Jambi senilai Rp 420 miliar. Kalau tak meleset, kontrak tersebut akan diperoleh pada kuartal III 2018 yakni antara Agustus atau September.

Masa berlaku kontrak tersebut tiga tahun. "Kontrak ini merupakan perluasan, kami mendapat tawaran untuk mengajukan kontrak tersebut," jelas Erwin Hardiyanto, Direktur Keuangan PT Sidomulyo Selaras Tbk, usai rapat umum pemegang saham (RUPS), Senin (25/6).

Menurut informasi dalam laporan keuangan kuartal I 2018, paling tidak Sidomulyo pernah melayani pengangkutan minyak mentah untuk Tately NV dan PT Samudra Energy. Perjanjian dengan dengan Tately berakhir 31 Desember 2017. Kalau perjanjian dengan Samudra Energy ada dua, masing-masing berakhir 16 Desember 2017 dan 20 Februari 2018.


Dalam rangka menyambut kontrak baru tadi, Sidomulyo menyiapkan 20-30 tambahan kapal baru. Penambahan kapal bakal berlangsung dalam kurun waktu dua bulan hingga tiga bulan. Puluhan armada tersebut bakal melengkapi 360 kapal lain yang sudah mereka miliki.

Adapun pembelian kapal bakal mencuil anggaran belanja modal atau capital expenditure (capex) 2018 yang mencapai Rp 20 miliar. Selain menambah kapal, Sidomulyo berniat menggunakan capex untuk memperbaiki sarana infrastruktur dan fasilitas bengkel kapal.

Asal tahu, alokasi capex Sidomulyo tahun ini melebihi catatan dana lancar. Kas dan bank mereka per 31 Maret 2018 hanya tercatat Rp 5,95 miliar sedangkan per 31 Desember 2017 sekitar Rp 5,24 miliar.

Sidomulyo tentu tak mau investasi belanja kapal menguap tanpa hasil. Perusahaan yang tercatat dengan kode saham SDMU di Bursa Efek Indonesia itu berharap, perolehan kontrak baru yang dibarengi pembelian puluhan kapal, mampu mendongkrak kinerja tahun 2018.

Maklum, sepanjang tahun lalu pendapatan bersih Sidomulyo terhitung turun 12,89% year on year (yoy) menjadi Rp 102,96 miliar. Tak cukup sampai di situ, mereka mencatatkan rugi bersih tahun berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk atau rugi bersih sebesar Rp 37,49 miliar. Padahal tahun 2016 laba Rp 1,13 miliar.

Private placement

Penurunan top line dan bottom line tahun 2017 rupanya berlanjut hingga kuartal I 2018. Pendapatan bersih susut 9,17% menjadi Rp 22,79 miliar. Pada saat yang bersamaan, Sidomulyo menanggung rugi bersih senilai Rp 10,68 miliar.

Adapun target Sidomulyo sejatinya tak muluk-muluk. Paling tidak, tahun ini mereka mengejar pendapatan sama dengan capaian tahun 2016. "Jika revenue kami sekitar Rp 115 miliar saja, sudah positif," tutur Tjoe Mien Sasminto, Direktur Utama Sidomulyo.

Demi merealisasikan target, Sidomulyo berjanji akan berkerja lebih keras. Selain mengandalkan jasa pengangkutan kapal, mereka bakal mengulik pertumbuhan non organik. Beberapa alternatif pengembangan bisnisnya seperti mengembangkan bisnis logistik, baik dengan cara mengakuisisi perusahaan lain atau mendirikan anak perusahaan baru.

Sambil jalan, Sidomulyo akan mencari sumber pendanaan. RUPS kemarin, menyepakati rencana penambahan modal tanpa hak memesan efek terlebih dahulu (PMTHMETD) atau private placement senilai Rp 30 miliar. "Kami mempunyai kesempatan melakukan bantuan ke pemegang saham, meminta izin ke pemegang utama," ungkap Erwin.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Dupla Kartini