KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Sido Muncul Tbk (SIDO) memandang optimis bisnis tahun ini. Lantaran belum banyaknya persaing di sektor jamu dan obat herbal yang digeluti perseroan. "Di Indonesia ini banyak bahan bakunya, namun masih kurang industri manufaktur obat herbal itu sendiri," ungkap Irwan Hidayat, Direktur Marketing PT Sido Muncul kepada Kontan.co.id, Selasa (20/3). Padahal menurut Irwan, pangsa pasar obat herbal tidak hanya di domestik Indonesia melainkan juga luar negeri.
"Misalnya orang di Jepang kebiasaannya minum ukon alias kunyit, dimana tanaman itu sulit didapat," kata Irwan. Nah, pasar inilah yang ditangkap Sido Muncul sementara di Indonesia yang berlimpahan tanaman herbal, prosesor manufakturnya tidak banyak. Saat ini terdapat sekitar 500 bahan obat herbal yang telah mendapat izin Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM). Di luar itu menurut Irwan masih menyimpan potensi untuk terus diteliti. Sido Muncul mengklaim menempati posisi puncak pangsa pasar sebagai produsen jamu di Indonesia, dan masih mendominasi untuk beberapa kategori produk herbal. Saat ini hampir 100% bahan baku produksi didapatkan perusahaan dari lokal. Dimana sampai sekarang, Sido Muncul masih menggunakannya untuk keperluan pabrikannya.
Walau kata Irwan, tak menutup kemungkinan kedepannya Sido Muncul akan menyuplai bahan baku herbal kepada perusahaan farmasi lainnya. "Bisa beli ke kami nantinya, kalau seumpama perusahaan farmasi tersebut sudah besar dan bisa produksi sendiri, kami bisa alihkan ke ekspor," tutur Irwan. Beberapa jenis tanaman yang terus diteliliti oleh Sido Muncul untuk pengembangan bahan baku produk herbal ialah kulit manggis, daun pepaya daun sirsak, temulawak dan kunyit. "Uji toksisitasnya itu ada sekitar 20 macam kami juga melihat berapa dosisi yang tepat dikasih ke konsumen," ungkap Irwan. Bekerja sama dengan 102 kelompok tani di Jawa Tengah, perusahaan mengkontrol agar kualitas bahan baku tanaman terus baik dengan cara mengirimnya ke pabrik sebelum 6 jam setelah panen. Untuk pabrik produk kemasan (sachet) saat ini memiliki kapasitas 90 juta kemasan per bulannya, dimana tahun 2018 ini perseroan berencana menambah kapasitas produksi menjadi 200 juta kemasan per bulan. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Herlina Kartika Dewi