Siemens fokus garap bisnis kelistrikan



CILEGON. Perusahaan teknologi industri Siemens AG kembali melontarkan rencana bisnis di Indonesia. Lewat PT Siemens Indonesia, perusahaan yang bermarkas di Jerman tersebut akan fokus menjalankan bisnis komponen terkait kelistrikan yang kini sedang dikebut pemerintah.

Julieta Glasmacher, Head of Communications PT Siemens Indonesia bilang, kebutuhan komponen kelistrikan meningkat pesat di Indonesia pasca bergulirnya proyek listrik 35.000 megawatt (MW). Kehadiran proyek ini yang meningkatkan kebutuhan komponen dan teknologi yang dimiliki Siemens.

"Bisnis Siemens AG sejatinya ada tiga, yaitu kelistrikan, otomasi pabrik dan digitalisasi. Namun di Indonesia, fokus kami ada di pasar energi yang sedang berkembang pesat," kata Julieta, Rabu (3/8).


Dalam menjalankan bisnis di Indonesia, prinsipalnya Siemens AG mengklaim telah berinvestasi € 200 juta. Dana tersebut digunakan untuk pengembangan fasilitas produksi dan sumber daya. Sedangkan secara global, Siemens berinvestasi € 5 miliar untuk bidang research and developmend (R&D).

Adapun rencana bisnis Siemens terbaru adalah, kerjasama kelistrikan dengan PT Perusahaan Listrik Negara (PLN). Perlu diketahui, pada April 2016 lalu, Siemens dan PLN bekerjasama untuk pengembangan pembangkit listrik berkapasitas 500 MW, serta pengembangan jaringan distribusi dan transmisi listrik dengan investasi senilai US$ 750 juta.

Asal tahu saja, Siemens telah terlibat dalam mendukung infrastruktur Indonesia dengan teknologi sejak tahun 1855. Beberapa proyek Siemens di Indonesia antara lain Pembangkit Listrik Paiton II di Jawa Timur dan Proyek Simangkuk untuk jaringan listrik Sumatra. "11% teknologi kelistrikan di Indonesia memakai teknologi Siemens," klaim Julieta.

Sebagai informasi saja, tahun lalu Siemens Indonesia menuai pendapatan € 263 juta. Sumber pendapatan tersebut berasal dari proyek infrastruktur dan kelistrikan yang dikerjakan instansi pemerintah dan PLN. "Kemungkinan tahun ini ada kontribusi dari penjualan ke swasta," harap Julieta.

Meski pasar kelistrikan Indonesia tumbuh pesat, namun secara global pertumbuhannya pasar kelistrikan sampai tahun 2020 terbilang mini sekitar 2%-3%. Julieta bilang, pertumbuhan terbesar ada di bisnis digitalisasi yang berpotensi tumbuh 7%-9%, kemudian otomasi tumbuh 4%-6%.

Perlu diketahui, investasi perusahaan Jerman tergolong mini di Indonesia. Dalam catatan Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), investasi Jerman di Indonesia dalam kurun 2010-2015 hanya US$ 552 juta atau Rp 5,2 triliun. Angka tersebut terbilang kecil bila dibandingkan outward investment Jerman ke seluruh dunia. Investor Jerman pun tercatat sebagai negara terbesar ketiga dalam berinvestasi secara global.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Dupla Kartini