Sierad kembali ke bisnis makanan



JAKARTA. Sepak terjang PT Sierad Produce Tbk (SIPD) di bisnis makanan sudah dapat terlacak sejak menjadi pemegang lisensi restoran Hartz Chicken Buffet dan Wendys. Kini, beberapa tahun setelah melepas kedua lisensi restoran tersebut, Sierad bertekad kembali ke bisnis makanan.

Saat ini, Sierad termasuk salah satu perusahaan yang menguasai pangsa pasar terbesar dalam bisnis daging ayam. Mereka memiliki unit usaha yang terintegrasi, mulai dari feedmill (pakan), breeding (kandang induk dan penetasan ayam), farming (peternakan ayam), serta slaughterhouse (rumah pemotongan ayam).

Sejak 2009, Sierad juga membangun jaringan divisi ritel, yakni BelMart, kemudian menyusul Delibel. Bersamaan dengan itu, Sierad juga mengakuisisi 52,31% saham PT Belfoods Indonesia, perusahaan pengolahan produk jadi berbahan dasar daging ayam. Nilai akuisisi tersebut mencapai Rp 59,68 miliar.


Dengan begitu, Sierad dapat memproduksi sendiri produk olahan daging ayam melalui fasilitas Belfoods Indonesia. “Dengan mendirikan BelMart dan Delibel, ini merupakan langkah awal proses transformasi Sierad dalam mengedepankan label Belfoods di pasar Indonesia,” ujar Aryo Widiwardhono, Managing Director Food Division Sierad Produce, kepada KONTAN, Selasa (8/5).

Sierad kembali berkiprah ke bisnis makanan lantaran mencermati potensi pasar produk olahan ayam di Indonesia yang belum tergarap optimal. Mengutip data Organisasi Pangan Dunia (FAO), konsumsi daging ayam di Indonesia baru mencapai 8 kilogram (kg) hingga 10 kg per kapita per tahun.

Dengan PDB per kapita Indonesia yang mencapai sebesar US$ 3.700, seharusnya konsumsi daging ayam nasional sebesar 14 kg - 15 kg per kapita per tahun. Asal tahu saja, konsumsi daging ayam di Malaysia 38 kg - 40 kg per kapita per tahun. Sedang Singapura sebesar 32 kg per kapita per tahun.

Ekspansi gerai

Saat ini, porsi produk daging ayam olahan BelMart dan Delibel telah mencapai 11%-15% dari total produk yang dihasilkan Belmart dan Delibel. Sementara, porsi daging ayam potong dalam keadaan segar dan beku masih menguasai porsi penjualan, yakni sebesar 60%-70%.

Menurut Aryo, citra BelMart dan Delibel masih harus diperkuat. Maklum, kontribusi BelMart dan Delibel terhadap laba Sierad masih di bawah 10%. Tapi ia meyakini, dalam waktu tiga hingga lima tahun ke depan, kontribusi itu dapat meningkat minimal dua kali lipat. “Dalam kurun waktu tersebut kontribusi dari divisi ritel kami harus mencapai double digit,” tandasnya.

Itulah sebabnya Sierad ingin memperluas jaringan BelMart. Saat ini, outlet Belmart yang telah beroperasi mencapai 47 unit. Hingga 2013, Sierad Produce ingin menambah antara 20 hingga 50 outlet BelMart. Sierad membidik lokasi yang dekat kawasan pemukiman di Jabodetabek.

Dengan biaya pembangunan setiap outlet antara Rp 400 juta - Rp 600 juta, Sierad akan menghabiskan investasi maksimal sebesar Rp 30 miliar. Namun demikian, Sierad belum berniat mengembangkan Delibel. Delibel sendiri berupa outlet yang mengawinkan konsep restoran dan ritel.

Alasannya, ungkap Aryo, Sierad masih ingin menyempurnakan sistem operasional. Selain itu, perusahaan masih mencari pendekatan strategi marketing yang tepat serta menambah sumber daya manusia (SDM).

Dengan kata lain, Sierad tampaknya ingin melihat respon masyarakat atas hasil ekspansi yang telah dilakukan BelMart. “Saat ini kami baru memiliki satu outlet Delibel. Dan baru akan menduplikasi setelah kami menemukan konsep bisnis yang pas,” ujar Aryo.

Terkait kompetisi, Aryo tidak terlalu mengkhawatirkan kehadiran kompetitor lain. Ia bilang, citra BelMart telah cukup kuat di mata konsumen sebagai produsen lokal yang mempelopori produksi daging ayam segar beserta produk olahannya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Barratut Taqiyyah Rafie