Sierad Produce bakal tambah modal Rp 1 triliun



JAKARTA. PT Sierad Produce Tbk (SPID) berencana memperkuat struktur permodalannya dengan menjual saham baru atawa dengan mekanisme Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (HMETD) senilai Rp 1 triliun.

Sierad berencana melakukan right issue tersebut pada semester II tahun ini. Dengan menjual saham baru ini, perusahaan dengan kode emiten SPID ini optimis dapat memperkuat usahanya. Direktur Utama SPID Eko Putro Sandjojo mengatakan dana yang nantinya akan diperoleh dari right issue sebagian akan digunakan untuk membayar utang perseroan. Selain itu, dana segar ini nantinya juga akan memperkuat permodalan bagi SIPD.

"Mengenai rencana right issue tersebut sudah dibicarakan dengan para pemegang saham dan stand buyer," ujar Eko, Kamis (30/7). Eko menjelaskan, pada tahun 2015 perseroan menganggarkan dana (capital expenditure/capex) sebesar Rp 572 miliar untuk memenuhi kebutuhan investasi. Dimana dana tersebut berasal dari pinjaman perbankan dan lembaga keuangan serta kas internal.


Sementara hingga semester I 2015 perseroan sudah menggunakan anggaran belanja modal sebesar Rp 100 miliar. Komposisi penggunaan capex tersebut, lebih banyak di gunakan untuk di food activity untuk memperbaiki proses pengolahan makanan. Sementara itu, Rp 400 miliar lainnya digunakan untuk dana penambahan membuat commercial farm. Seperti diketahui tahun ini perseroan telah melakukan ekspansi bisnis di bidang commercial farm. Hingga kuartal I 2015, Siread telah membangun satu commercial farm dan akan mencari lokasi strategis yang ada di Jawa barat. Adapun dana capex tersebut, 30% berasal dari kas internal dan 70% sisanya diperoleh dari pinjaman bank. Sementara itu, saat ini, SPID memproduksi ayam rata-rata sebanyak 2 ekor ayam per minggu. Jumlah tersebut lebih rendah dari produksi ayam tahun lalu sebesar 3 juta ekor.

Sementara itu produksi pakan ternak ayam juga turun sebesar 50% dari 40.000 ton per bulan kini menjadi 20.000 ton per bulan. Penurunan produksi itu dilakukan karena turunnya daya beli masyarakat akibat krisis berkepanjangan dan melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dollar.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Hendra Gunawan