Sierad Sepakat Turunkan Nominal Saham



JAKARTA. Setelah dua kali gagal menggelar Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB), PT Sierad Produce Tbk (SIPD) akhirnya berhasil mendapatkan persetujuan pemegang saham untuk melakukan reorganisasi dan melakukan penurunan nilai nominal saham. Alhasil, rencana perusahaan menghapus defisit atas akumulasi kerugian sebesar Rp 2,38 triliun akibat krisis ekonomi tahun 1997 lalu kesampaian.RUPSLB Sierad pada 27 Oktober 2009 dan 10 November 2009 lalu batal karena tidak kuorum. Setelah persetujuan ini, Sierad akan segera melaksanakan rencananya untuk menurunkan nilai nominal saham. SIPD mempunyai tiga seri saham. Yakni seri A dan seri B yang masing-masing nilainya sebesar Rp 5.000 dan Rp 3.000 per saham. Saham seri A dan B ini yang akan diturunkan nilai nominalnya menjadi menjadi Rp 395 per saham. Sedangkan, saham seri C nilai nominalnya tetap sebesar Rp 100 per saham. Dengan penurunan nilai nominal saham ini, modal disetor SIPD ikut turun. Dimana sebelumnya, perusahaan mempunyai jumlah modal disetor sebanyak 9,31 miliar saham dengan nilai Rp 3,18 triliun. Sekarang jumlah saham meningkat menjadi 9,39 miliar. Namun, nilainya menurun menjadi Rp 1,15 triliun. Sedangkan modal dasar mereka yang semula mencapai 65,86 miliar saham senilai Rp 8,83 triliun berkurang menjadi 36,28 miliar dengan nilai hanya Rp 3,84 triliun.Cuma, dengan perubahan ini SIPD tidak lagi mengalami defisit. Bahkan, aksi korporasi ini akan berdampak positif pada perusahaan dan pemegang saham. "SIPD bisa membagi dividen atau melakukan buyback saham," kata Elies Lestari S, sekertaris perusahaan Sierad Produce. Menurutnya, selama ini mereka tidak dapat melakukan pembagian dividen karena masih mengalami defisit di neraca keuangan akibat dampak krisis ekonomi tahun 1997. Sampai akhir tahun, Sierad yakin bisa memenuhi target kinerja mereka. Elies bilang, sampai November 2009, SIPD sudah membukukan pendapatan sebesar Rp 3 triliun. Padahal, target pendapatan dan laba bersih sampai akhir tahun SIPD masing-masing sebesar Rp 2,8 triliun dan Rp 46 miliar.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Editor: Test Test