KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pengurangan risiko tembakau (tobacco harm reduction) dapat menjadi salah satu upaya untuk mendukung penanggulangan masalah rokok, baik di Indonesia maupun secara global. Upaya ini menjadi langkah penting untuk diterapkan, akan tetapi penerapannya di negara-negara berpendapatan rendah dan menengah ke bawah dinilai sulit. Hal ini disebabkan oleh sikap pemangku kepentingan yang kurang terbuka terhadap kajian ilmiah. Mantan Direktur Riset Kebijakan dan Kerja Sama Badan Kesehatan Dunia (WHO) Profesor Tikki Pangestu menjelaskan, konsep pengurangan risiko tembakau sebenarnya dapat menjadi solusi untuk menurunkan prevalensi merokok di negara-negara berpendapatan rendah dan menengah ke bawah. “Ada potensi bagi konsep tersebut untuk menjadi solusi,” kata Tikki dalam keterangannya, Jumat (20/8).
Sikap anti kajian ilmiah hambat upaya pengurangan risiko tembakau
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pengurangan risiko tembakau (tobacco harm reduction) dapat menjadi salah satu upaya untuk mendukung penanggulangan masalah rokok, baik di Indonesia maupun secara global. Upaya ini menjadi langkah penting untuk diterapkan, akan tetapi penerapannya di negara-negara berpendapatan rendah dan menengah ke bawah dinilai sulit. Hal ini disebabkan oleh sikap pemangku kepentingan yang kurang terbuka terhadap kajian ilmiah. Mantan Direktur Riset Kebijakan dan Kerja Sama Badan Kesehatan Dunia (WHO) Profesor Tikki Pangestu menjelaskan, konsep pengurangan risiko tembakau sebenarnya dapat menjadi solusi untuk menurunkan prevalensi merokok di negara-negara berpendapatan rendah dan menengah ke bawah. “Ada potensi bagi konsep tersebut untuk menjadi solusi,” kata Tikki dalam keterangannya, Jumat (20/8).