Silicon Valley Bank (SVB) Kolaps, Bagaimana di Indonesia?



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kolapsnya bank terbesar kedua di Amerika Serikat (AS) Silicon Valley Bank (SVB) berdampak besar bagi pasar pasar AS, tetapi tidak dengan Indonesia. 

Senior Investment Information Mirae Asset Sekuritas Indonesia Muhammad Nafan Aji Gusta menyebut, likuiditas di Tanah Air masih memadai di tengah tengah adanya pengetatan likuiditas global. Nafan menilai dengan adanya fundamental makro ekonomi domestik yang solid, perbankan Indonesia masih sustainable untuk menopang pertumbuhan kredit.

“Karena sebenarnya pertumbuhan kredit ini ditopang oleh perekonomian domestik yang resilience,” kata Nafan kepada Kontan.co.id, Minggu (12/3).


Baca Juga: CEO Silicon Valley Jual Sahamnya Beberapa Hari Sebelum Pengumuman Kebangkrutan

Sementara itu, Nafan juga mencermati data kinerja makro ekonomi seperti tingkat cadangan devisa yang masih sangat memadai. Bank Indonesia (BI) mencatat cadangan devisa Indonesia per akhir Februari 2023 mencapai US$ 140,3 miliar.

Menurut Nafan cadangan devisa ini cukup bagi BI untuk menstabilkan nilai tukar rupiah. 

Sebagai informasi, Silicon Valley Bank (SVB) kolaps akibat penarikan dana besar-besaran dalam 48 jam. Awalnya, SVB menjual obligasi senilai US$ 21 miliar di bawah harga tersebut. Kerugian penjualan mencapai US$ 1,8 miliar.

SVB juga berniat mencari pendanaan dari perusahaan venture capital General Atlantic dan menjual obligasi konversi ke publik. Secara total, SVB berniat mencari pendanaan sekitar US$ 42 miliar.

Belum jelas penyebab kebutuhan pendanaan ini. Tetapi, langkah penjualan obligasi dengan kerugian plus rencana pendanaan ini memicu potensi penurunan peringat dari Moody's Investors Service.

Pasar pun terkejut dengan rencana pendanaan SVB. Kabar ini memicu klien SVB terutama venture capitalist mengarahkan klien portofolio untuk ramai-ramai menarik dana dari SVB.

Baca Juga: Bank of London Pertimbangkan Tawaran Penyelamatan untuk SVB cabang Inggris

Dampak dari keruntuhan SBV mulai menyebar ke seluruh dunia. Di Inggris, unit SVB dinyatakan bangkrut, telah berhenti beroperasi dan tidak lagi menerima nasabah baru.

Usaha patungan SVB di China, SPD Silicon Valley Bank Co, berusaha untuk menenangkan nasabahnya. SVB juga ada di Denmark, Jerman, India, Israel, dan Swedia. Pendiri memperingatkan bahwa kegagalan bank tersebut dapat menghapus cabang di seluruh dunia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Wahyu T.Rahmawati