Siloam mengincar dana IPO Rp 2,3 triliun



JAKARTA. PT Siloam International Hospitals Tbk, lini bisnis rumah sakit Grup Lippo akan melantai di bursa. Siloam akan melepas 162,75 juta saham baru atau setara 14% dari modal ditempatkan dan disetor penuh.

Pada initial public offering (IPO) ini, Siloam menawarkan saham di kisaran harga Rp 11.200-Rp 14.200 per saham. Dus, Siloam bisa meraup dana Rp 1,8 triliun-Rp 2,3 triliun dari hajatan ini.

Harga itu mencerminkan price to earning ratio (PER) 2014 sebesar 79-100 kali. Jhon Herry Teja, Direktur PT Ciptadana Securities, penjamin emisi, memperkirakan, EBITDA Siloam bisa Rp 613 miliar di 2014 dengan laba bersih Rp 165 miliar. Sehingga, rasio Enterprise Value (EV) per EBITDA 19,5-24,4 kali.


Meski PER harga IPO Siloam tinggi, John percaya, peminat saham Siloam besar. Soalnya, pertumbuhan Siloam bakal pesat. Dia pun tak ingin membandingkan PER Siloam dengan PER emiten rumah sakit lain. Sebab, jumlah rumah sakit Siloam mencapai 13. Sementara, PT Sejahteraraya Anugrahjaya Tbk (SRAJ) hanya memiliki satu rumah sakit Mayapada Hospital dan PT Sarana Meditama Metropolitan Tbk (SAME) hanya punya dua rumah sakit Omni Hospitals. "Di sisi lain, PER SAME sekarang juga sudah 87 kali jadi tidak bisa dikatakan saham Siloam mahal," klaim John, Kamis (15/8).

Ciptadana Securities bahkan menghitung, Siloam lebih murah di 2015. Sebab, laba bersih Siloam akan naik sehingga EV per EBITDA akan jadi 12,5-5,6 kali dan PER jadi sekitar 43,5-55,2 kali.

Porsi asing lebih besar

Penjamin emisi akan menjajakan saham Siloam ke investor dalam dan luar negeri. Singapura, Hong Kong , dan London jadi prioritas. Untuk itu, Siloam menggandeng PT Credit Suisse Securities Indonesia.

Siloam juga akan menawarkan saham ke ritel namun tidak banyak. Manajemen akan lebih memberikan jatah lebih besar kepada investor institusi asing. Nantinya, investor tersebut akan menjadi pemborong (anchor buyer) saham IPO.

Direktur Keuangan Siloam, Romeo Fernandes mengaku akan menggunakan 52,5% dana IPO untuk pengadaan peralatan medis dan pembangunan rumah sakit pada 2013-2015. Nantinya, Siloam akan membangun rumah sakit baru di Jawa, Sumatera, dan Indonesia Bagian Timur. Siloam menargetkan bisa membangun 40 rumah sakit lima tahun mendatang. "Dengan IPO, kami bisa membangun lebih cepat," kata Romero.

Siloam juga akan menggunakan 27,5% dana IPO untuk membayar utang ke PT Lippo Karawaci Tbk (LPKR). Saldo utang Siloam per 30 April 2013 Rp 827,16 miliar. Selain itu, 20% sisa dana IPO untuk akuisisi rumah sakit, namun tidak tahun ini.

Hingga April 2013, pendapatan Siloam naik 47,8% jadi Rp 789,5 miliar. Tapi, karena beban melonjak, laba bersih turun 44,8% menjadi Rp 19,4 miliar. Romero optimis, pendapatan Siloam bisa mencapai Rp 2,7 triliun di 2013.

Namun, para analis menilai saham IPO Siloam terlalu mahal. "Nilai aset Rp 1,6 triliun, angka ini terlampau over value. Apalagi, laba Siloam tengah menyusut," ujar John Veter, Managing Director Investa Saran Mandiri. Menurutnya, seharusnya di harga IPO, PER tidak lebih 50 kali.

Kepala Riset Universal Broker Indonesia, Satrio Utomo justru cukup percaya diri dengan IPO Siloam. Menurut dia, selama ini saham IPO Lippo Grup terus naik dan memberi return tinggi. Apalagi, ada agen stabilisasi yang menjaga harga Siloam. Namun, dia tidak menyarankan untuk mengkoleksi saham ini dalam jangka panjang. "Kalau saya pasti tidak berani, tetapi untuk trading boleh," saran dia. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Avanty Nurdiana