KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Siloam International Hospitals terus mencetak pertumbuhan kinerja keuangan yang konsisten. Agar pertumbuhan berlanjut, emiten berkode saham SILO ini terus menambah jumlah rumahsakit baru. Tahun lalu, SILO membuka delapan rumahsakit baru, terdiri dari empat rumahsakit yang baru dibangun (
green field) dan sisanya hasil akuisisi (
brown field). Hingga akhir tahun lalu, SILO sudah mengoperasikan 31 rumahsakit. Analis Samuel Sekuritas Akhmad Nurcahyadi, dalam risetnya per 4 April, menjelaskan, konsistensi penambahan rumahsakit berdampak baik terhadap kinerja perusahaan. "Delapan rumahsakit baru sudah memberikan dampak positif pada pertumbuhan pendapatan SILO tahun lalu," tulis dia dalam risetnya.
Bahkan rumahsakit baru memberi kontribusi 32% terhadap pertumbuhan pendapatan SILO. Pendapatan SILO tahun lalu juga berhasil naik 13,2% menjadi Rp 5,8 triliun. Secara operasional, analis Mega Capital Sekuritas Adrian M. Priyatna melihat, kinerja SILO masih positif. Pendapatan segmen pasien rawat jalan alias
outpatient department (OPD) naik 15,2% jadi Rp 2,3 triliun. Pendapatan segmen pasien rawat inap atau
inpatient department (IPD) melesat 11,9% jadi Rp 3,55 triliun. Namun, Akhmad mencatat okupansi tempat tidur SILO turun tajam dari 64% menjadi 53,2%. Ini terjadi lantaran penambahan jumlah tempat tidur baru sebanyak 547 unit dari beroperasinya delapan rumahsakit baru. Gencar ekspansi Untuk tahun ini, SILO tetap gencar berekspansi. Perusahaan ini sudah mengoperasikan rumahsakit baru perdana pada 2018 di Lubuk Linggau, Sumatra Selatan. "SILO masih memiliki 10 rumahsakit lain yang rencananya selesai di tahun ini," ujar Adrian, dalam risetnya, 11 April 2018. Akhmad menambahkan, kinerja SILO juga didukung oleh kontinuitas perusahaan ini melayani pasien Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan. "Buktinya SILO telah menambah lima rumahsakit BPJS sehingga kini menjadi ada 21 lokasi," ungkap dia. Kontribusi BPJS cukup tinggi, yakni sekitar 27,1% terhadap pertumbuhan pendapatan SILO tahun lalu. William Surya Wijaya,
Vice President Research Department Indosurya Bersinar sepakat, kontribusi dari pelayanan BPJS terhadap pendapatan semakin berkembang. "Didukung juga Siloam yang menjemput bola dengan membangun rumahsakit baru di daerah-daerah," ujar dia, Selasa (24/4). Namun, William menilai, potensi hambatan yang menghalangi ekspansi emiten ini bisa berdampak buruk bagi kinerja keuangan. Jika ekspansi tidak berjalan sesuai agenda, peluang perusahaan meningkatkan kinerja juga akan tertahan. Apalagi, ekspansi membutuhkan waktu, terutama jika ingin membangun rumahsakit baru. Selain itu, Akhmad menambahkan, risiko bisnis SILO adalah pertumbuhan jumlah tempat tidur baru yang tidak diiringi dengan kenaikan jumlah pasien. Tahun ini, Siloam berencana menambah 600 tempat tidur baru.
Prediksi Akhmad, di akhir tahun ini, SILO mampu mencetak pertumbuhan pendapatan sebesar 20% jadi Rp 6,74 triliun. Sementara laba bersih emiten pengelola rumahsakit ini diperkirakan naik menjadi Rp 110 miliar. Akhmad merekomendasikan beli saham SILO dengan target harga Rp 10.700 per saham. Meski begitu, secara valuasi, harga SILO saat ini sudah cukup tinggi ketimbang rata-rata industrinya. Akhmad menghitung, target harga tersebut mencerminkan PER 95,1 kali. Adrian juga menyarankan beli saham SILO, namun menurunkan target harga menjadi Rp 10.550 per saham. Sementara, William menganjurkan untuk
hold saham SILO dengan target harga sebesar Rp 8.800 per saham. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Wahyu T.Rahmawati