Siloam segera operasikan tiga rumah sakit anyar



JAKARTA. PT Siloam International Hospitals Tbk segera mengoperasikan tiga rumah sakit anyar. Kini, perusahaan tengah menunggu izin operasional untuk menerima pasien.

Perusahaan yang mencatatkan diri di Bursa Efek Indonesia (BEI) dengan kode SILO itu telah merampungkan proses kontruksi tiga rumah sakit tersebut pada 31 Desember 2016. “Tahun 2016 memang merupakan tahun yang sangat baik bagi Siloam, meskipun dihadapkan dengan tantangan dalam memperoleh izin operasional rumah sakit  yang telah selesai konstruksinya," ujar Romeo Lledo, Presiden Direktur Siloam, Jakarta, Rabu (1/3).

Romeo tidak merinci tiga rumah sakit yang segera beroperasi itu. Menurut catatan KONTAN, Siloam sebelumnya tengah membangun rumah sakit di sejumlah wilayah, seperti Ambon dan Bangka Belitung.


Selain itu, tahun ini, perusahaan juga telah menuntaskan akuisisi dua rumah sakit, yakni pengambilalihan Rumah Sakit Umum Sentosa di Bekasi dan Rumah Sakit Grha Ultima Medika di Mataram. Proses penandatanganan akta jual beli (SPA) untuk mengakuisisi 100% saham PT Grha Ultima Medika telah dilakukan pada 8 Februari 2017. Sedangkan untuk penandatanganan SPA untuk mengakuisisi 100% saham PT Lishar Sentosa Pratama, pemilik RS Sentosa dilakukan pada 14 Februari 2017.

Namun, Romeo enggan membeberkan target pembukaan rumah sakit baru pada tahun ini. "Informasi tersebut belum dapat kami sampaikan," ujar Romeo kepada Kontan.

Anak usaha PT Lippo Karawaci Tbk (LPKR) ini mengelola 25 rumah sakit, 16 klinik di 18 kota di seluruh Indonesia, dengan 5.200 kapasitas tempat tidur.

Tahun 2016, perusahaan juga mendaftarkan tiga rumah sakit untuk melayani pasien BPJS Kesehatan, antara lain di Surabaya, Labuan Bajo dan Buton. BPJS Kesehatan berkontribusi sebesar 20% dari total pendapatan operasional kotor dengan 16 rumah sakit yang terdaftar.

Adapun pendapatan operasional kotor SILO pada 2016 naik 25% menjadi Rp 5,16 triliun. Pendapatan operasional bersih tumbuh 22% menjadi Rp 3,719 triliun. Peningkatan pendapatan operasional kotor bersumber dari pertumbuhan pasien admisi rawat inap (IPD) sebesar 18%, dan pertumbuhan kunjungan blended rawat jalan (OPD) sebesar 19%.

Sedangkan laba kotor sepanjang 2016 mencapai Rp 2,24 triliun atau meningkat sebesar 23%. Laba bersih setelah pajak juga naik 60% dibandingkan tahun sebelumnya menjadi Rp 99 miliar.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Dupla Kartini