Simak alasan BI masih pertahankan BI rate



JAKARTA. Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia hari ini (19/5) memutuskan untuk mempertahankan BI rate sebesar 7,5%, dengan suku bunga deposit facility 5,50% dan lending facility pada level 8,00%. Keputusan ini sejalan dengan arah kebijakan moneter BI yang cenderung ketat. Gubernur BI Agus Martowardojo mengatakan, keputusan mempertahankan suku bunga acuan dengan mempertimbangkan kondisi eksternal dan domestik. Kondisi eksternal yang menjadi perhatian BI adalah perkembangan ekonomi Amerika. Walaupun perbaikan ekonomi AS tidak seperti yang diperkirakan namun fakta normalisasi kebijakan moneternya tetap bakal terjadi. "Kondisi dunia dapat dikatakan secara umum masih lebih tidak pasti dibandingkan dengan periode sebelumnya," ujarnya, Selasa (19/5). Kondisi negara lainnya yang juga menjadi pertimbangkan adalah China. Negeri tirai bambu ini mengubah proyeksi pertumbuhan ekonominya menjadi di bawah 7%. Pada sisi lain, ada persoalan harga komoditi yang rendah dan harga minyak dunia yang cenderung naik. Harga minyak dunia yang meningkat akan menyebabkan adanya penyesuaian harga bahan bakar minyak (BBM) dalam negeri dan bisa berpengaruh pada inflasi. Dari dalam negeri, menurut Agus, Indonesia mempunyai utang yang cukup besar sebagai hasil ekspor yang menurun sehingga Debt Service Ratio (DSR) tinggi pada triwulan pertama. Kepemilikan Surat Utang Negara (SUN) oleh asing yang mencapai 38% perlu diwaspadai karena idealnya berada di bawah 30%. Untuk inflasi, memang inflasi Indonesia dalam trend menurun dan sudah berada pada kisaran 7%. Akan tetapi level 7% itu masih tinggi. "Baru di akhir 2015 akan ada di kisaran 4% plus minus 1%," tandasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Editor: Uji Agung Santosa