KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Mengutip
Bloomberg pada perdagangan Kamis (21/2) pasangan mata uang AUD/USD mengalami koreksi dengan turun sebesar 0.86% pada level 0.7101. Australia semakin tertekan menyusul laporan bahwa Amerika Serikat (AS) dan China mulai menjabarkan kesepakatan perdagangan untuk mengakhiri perang dagang selama tujuh bulan. Dikabarkan kedua belah negara membut
Momerandum of Understanding (MoU) yang akan mencakup bidang termasuk pertanian, hambatan non-tarif, layanan, transfer teknologi dan kekayaan intelektual. Analis PT. Rifan Financindo Berjangka, Puja Purbaya Sakti mengamati Australia dengan cepat merosot setelah Westpac menjatuhkan perkiraan perubahan untuk prospek kebijakan Reserve Bank of Australia (RBA).
Gubernur RBA, Philip Lowe telah mengirim Australia jatuh pada awal Februari dengan mundur dari bias pengetatan jangka panjang bank sentral mengatakan langkah selanjutnya dalam suku bunga bisa turun atau naik. “Masih labilnya kebijakan mengenai suku bunga acuan yang ditetapkan ini semakin membebani dollar Ausstralia untuk bisa bergerak naik pada perdagangan selanjutnya,” kata Sakti kepada Kontan.co.id, Kamis (22/2) Australia semakin anjlok pada perdagangan hari ini karena kabar bahwa Dalian Port Group yang mengelola lima pelabuhan di China telah mengeluarkan larangan bagi batu bara asal Australia untuk masuk sana. Padahal dollar Australia sempat menguat tipis pada awal perdagangan hari Kamis (21/02) sehubungan dengan data ketenagakerjaan yang lebih baik dari ekspektasi serta rumor bahwa AS dan China telah mulai menyusun MoU untuk menyelesaikan konflik perdagangan mereka. Namun, efek kedua faktor yang relatif
bullish itu langsung runtuh setelah merebak kabar bahwa Dalian Port Group takkan mengizinkan batubara Australia masuk pablabuhan, meski tetap mengizinkan batubara Rusia dan Indonesia untuk diproses seperti biasa. Pelabuhan-pelabuhan lain di China juga telah meningkatkan masa clearing bagi batu bara Australia menjadi 40 hari. Perlu diketahui, bahwa batubara termasuk merupakan komoditas ekspor terbesar kedua Australia setelah biji besi. Dengan demikian, dapat dipahami bahwa pengumuman ini merupakan pukulan dahsyat bagi perekonomian Australia yang akan berdampak negatif pula bagi pergerakan dollar Australia. Di sisi lain, dollar AS juga kembali unjuk gigi hari ini. Berdasarkan
Bloomberg dollar AS menguat 0,13% di level 96.579. Sehingga menekan salah satu rivalnya dollar Australia.
Sakti melihat secara analisa teknikal indikator
moving average eksplonantial (EMA) dengan kondisi melebar yang menunjukkan arah harga turun. Selanjutnya pada indikator
relative strength index (RSI) berada di area positif 44 yang menunjukkan kurs kurang kuat untuk naik. Kemudian pada indikator
true strength indicator (TSI) dengan kondisi
red over blue yang melebar menunjukkan kurs berpotensi lanjutkan koreksi. “Secara umum AUD/USD masih berpotensi untuk lanjutkan koreksi pada perdagangan selanjutnya,” tutur Sakti. Ia merekomendasikan
sell untuk pasangan AUS/USD selama harga diatas 0.7095 dengan level
resistance antara 0.7184, 0.7205, 0.7250 dan
support antara 0.7139, 0.7115, 0.7070. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Tendi Mahadi