KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sejumlah emiten tengah berupaya menyiapkan ekspansi di tahun 2019 ini. Misalnya emiten farmasi, PT Kimia Farma Tbk (KAEF) berencana melanjutkan penyerapan capex termasuk investasi anorganik yang berlangsung sejak 2018. Untuk keperluan itu KAEF telah menyiapkan belanja modal alias capital expenditure (capex) sebesar Rp 4 triliun pada 2019. Adapun perseroan akan menggunakan kas internal untuk membiayai 30% capex, sisanya 70% dari pendanaan eksternal. Hal itu diungkapkan oleh Sekretaris Perusahaan KAEF Ganti Winarno. Ia pun menyebut, tahun ini, pihaknya kembali menganggarkan dana investasi anorganik dalam capex. "Selain untuk keperluan investasi anorganik, anggaran capex antara lain dialokasikan untuk penambahan sekitar 100 gerai baru pada 2019," jelasnya kepada kontan.co.id, Kamis (17/1).
Sebagai perbandingan anggaran capex 2019 tersebut naik 14,28% dari capex tahun lalu yang sebesar Rp 3,5 triliun. Dari nilai capex itu, perseroan mengalokasikan dana investasi anorganik termasu akuisisi dan merger sebesar Rp 2,3 triliun. Sisanya sebesar Rp 1,2 triliun untuk bisnis organik. Selanjutnya dari sektor semen, ada PT Semen Baturaja Tbk (SMBR) yang menyiapkan capex yang cenderung konservatif di tahun ini sebesar Rp 800 miliar. Direktur Utama SMBR yang baru Jobi Triananda Hasjim mengatakan, untuk ekpansi di tahun ini, capexnya bersumber dari pendanaan internal dan dari pinjaman perbankan. Jobi merinci, sebesar 80% dari belanja modal tersebut akan dialokasikan untuk pengembangan perusahaan di bidang operasi, distribusi maupun pengembangan bisnis ke depannya seperti investasi untuk akuisisi tambang batu kapur, terminal station Jambi dan pengembangan anak usaha. "Sedangkan sisa 20% merupakan belanja rutin untuk menunjang kegiatan operasional perusahaan," ujarnya kepada kontan.co.id, Senin (4/2). Sebagai perbandingan, pada tahun 2018 SMBR menganggarkan belanja modal senilai Rp700 miliar hingga Rp1 triliun. Mantan Direktur Utama Semen Baturaja Rahmad Pribadi pernah mengatakan bahwa anggaran belanja modal itu berasal dari kas internal perusahaan. Belanja modal itu akan digunakan oleh perusahaan untuk peningkatan produktivitas dan efisiensi. Perusahaan juga berencana membangun mini cement mill untuk mendukung aktivitas pengantongan semen. Selanjutnya, emiten otomotif PT Astra International Tbk (ASII) juga menganggarkan belanja modal lebih kecil ketimbang tahun 2018. Pada tahun ini, Astra International hanya akan mengembangkan portofolio bisnis yang sudah ada. Head of Investor Relations ASII Tira Ardianti menyebutkan, memang ada kemungkinan Astra mencari bisnis baru, asal skala bisnisnya menarik. Astra berniat mencari bisnis yang dapat menciptakan nilai tambah. "Jika kami masuk ke suatu bisnis, apalagi jika joint venture, maka harus secara budaya bisa menciptakan sinergi," jelas dia beberapa waktu lalu. Namun Tira belum memaparkan lebih detail soal rencana investasi di tahun ini. Yang pasti, Head Corporate Communication Astra International Boy Kelana Soebroto menambahkan, dalam melakukan ekspansi, Astra selalu melihat potensi dari kelas menengah di Indonesia, yang diperkirakan berpotensi menjadi penopang pertumbuhan Indonesia ke depan.
Dengan asumsi tidak memiliki investasi besar, Tira menyebut, nilai investasi konsolidasi pada 2019 sekitar Rp 20 triliun. Ia menyebut, biasanya capex ASII tiap tahun diumumkan saat kinerja full year tahun sebelumnya sudah keluar. "Jadi proyeksi capex sudah berdasarkan pencapaian paling terkini dari tahun sebelumnya," ujar dia. Sebagai perbandingan, pada tahun lalu, ASII terbilang sangat ekspansif. Tira menjelaskan, normalnya ASII menyiapkan belanja modal antara Rp 13 triliun hingga Rp 15 triliun tiap tahunnya. Tapi pada tahun lalu, belanja modal ASII diperkirakan mencapai Rp 25 triliun hingga Rp 30 triliun. Ini karena ada akuisisi Tambang Martabe oleh anak usaha PT United Tractor Tbk (UNTR). Nilai investasinya sebesar Rp 17 triliun. Pada tahun lalu, ASII juga berinvestasi Gojek dengan nilai investasi sebesar Rp 2 triliun. ASII juga menjalin kerjasama dengan mendirikan Astra Welab. Di bisnis jalan tol, ASII melalui Astra Infra memiliki enam ruas tol yang telah beroperasi. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Azis Husaini