KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) bergerak menguat di pekan awal bulan Juni. Tapi, sentimen eksternal masih rawan menyeret IHSG. Pasar menanti arah kebijakan suku bunga bank sentral Amerika Serikat (AS) dalam Federal Open Market Committe (FOMC), 13-14 Juni 2023. Analis memprediksi The Fed tak lagi agresif dalam mengerek suku bunga acuan. Kenaikan sudah melandai, bahkan berpotensi terhenti pada FOMC kali ini. Lalu, bagaimana skenarionya terhadap pasar saham? Financial Expert Ajaib Sekuritas, Ratih Mustikoningsih mengamati konsensus memproyeksikan The Fed tidak lagi menaikkan suku bunga atau menahannya pada level 5% - 5,25%. Angka tersebut setara dengan pivot di level 5,1%, sesuai dengan proyeksi pada awal tahun 2023.
Pertimbangan suku bunga tidak lagi dinaikkan adalah perlambatan ekonomi di Negeri Paman Sam. Industri manufaktur merosot, tercermin dari Purchasing Managers' Index (PMI) manufaktur AS periode Mei 2023 yang kembali berada di level kontraktif 48,4 poin, turun dibandingkan bulan sebelumnya di 50,2 poin. Baca Juga: ARB 15% Berlaku, Ini 10 Saham Top Losers dan Top Gainers Periode 5-9 Juni 2023 Data tenaga kerja juga mulai surut, tampak dari tingkat pengangguran AS pada Mei 2023 tercatat naik menjadi 3,7%, dibandingkan bulan sebelumnya sebesar 3,4%. Di samping itu, inflasi tahunan AS pada Mei 2023 diproyeksikan mengalami penurunan dibandingkan bulan sebelumnya. "Inflasi yang melandai turut menjadi acuan The Fed untuk mulai bersikap dovish pada FOMC bulan Juni," kata Ratih kepada Kontan.co.id, Minggu (11/6). Research & Consulting Manager Infovesta Utama Nicodimus Kristiantoro ikut memprediksi The Fed akan menahan suku bunga acuannya pada FOMC bulan ini. Ekspektasi pasar tercermin dari indikator Fed Fund Futures yang memprediksi level suku bunga akan stagnan dengan probabilitas 70%. "Jika kondisi sesuai dengan proyeksi pasar maka akan membuat gerak saham Wall Street dan domestik bisa menguat. Begitu pula sebaliknya, jika kebijakan Fed arahnya hawkish bisa menekan kinerja IHSG," ujar Nico. Baca Juga: IHSG Menguat 0,92% Dalam Sepekan, Intip Proyeksinya untuk Senin (12/6) Head of Research Phintraco Sekuritas Valdy Kurniawan menimpali, pasar juga mengantisipasi potensi The Fed kembali mengerek suku bunga acuan. Apalagi, Kepala The Fed, Jerome Powell masih mengisyaratkan ada kenaikan suku bunga. Hanya saja, kenaikan cenderung terbatas, yakni 25 basis points setiap FOMC. Valdy memprediksi, tidak akan ada respons yang berlebihan dari pasar. Sebab, arah kebijakan The Fed ini relatif sudah diantisipasi pasar. "Bahkan mungkin respons pasar akan cenderung positif, terutama kalau kenaikan betul hanya sebesar 25 bps," ujar Valdy. Dengan begitu, Bank Indonesia memiliki ruang untuk tetap mempertahankan suku bunga acuan di level 5.75%. Kebijakan ini cenderung positif dan akomodatif untuk outlook ekonomi Indonesia di tahun 2023. Baca Juga: Prediksi IHSG dan Saham Pilihan Analis untuk Senin (12/6) Chartered Financial Analyst Head of Research & Fund Manager Syailendra Capital, Rizki Jauhari melihat ekspektasi pasar untuk FOMC Juni ini sudah cukup terefleksi. Namun, Rizki menyoroti laju IHSG dan bursa di emerging markets khususnya ASEAN cenderung flat dalam beberapa pekan terakhir. Menurut Rizki, investor cenderung wait and see menunggu keputusan kebijakan moneter AS dan sentimen investor global terhadap emerging markets. Di sisi lain, pasar masih memiliki ekspektasi adanya satu kali peningkatan suku bunga The Fed dari 5,25% menjadi 5,5% memasuki kuartal III-2023. "Apabila tekanan peningkatan bunga dan inflasi jauh lebih baik, kami melihat beberapa big caps dapat menjadi beneficiary dari arus modal asing dari negara-negara maju," sebut Rizky. Baca Juga: Manajer Investasi dan Reksadana yang Tancap Gas