Simak! Begini Prospek Kinerja & Rekomendasi Saham Emiten yang Berganti Pengendali



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Aksi akuisisi dan divestasi saham emiten cukup ramai terjadi pada tahun ini. Dari sederet transaksi jual-beli kepemilikan itu, tak sedikit yang berujung pada perubahan pemegang saham pengendali.

Emiten yang baru-baru ini berganti pengendali di antaranya adalah PT Inti Bangun Sejahtera Tbk (IBST), pasca diakuisisi oleh PT Iforte Solusi Infotek. Anak usaha PT Sarana Menara Nusantara Tbk (TOWR) itu mengambilalih 90,11% saham IBST, sehingga menjadi pengendali pada emiten menara telekomunikasi tersebut.

Kemudian ada PT Vale Indonesia Tbk (INCO) yang telah menyelesaikan kewajiban divestasi. Sahamnya kembali diserap oleh MIND ID, sehingga kepemilikan holding pertambangan BUMN itu bertambah sekitar 14% menjadi 34,03%, dan jadi pemegang saham terbesar INCO.


MIND ID pun menjadi pengendali INCO secara bersama-sama (joint control) dengan Vale Canada Limited. Selanjutnya, PT Cardig Aero Services Tbk (CASS) yang kini berganti pengendali menjadi PT Roket Cipta Sentosa, selepas anak usaha PT Elang Mahkota Teknologi Tbk (EMTK) ini mengakuisisi 51% saham CASS.

Baca Juga: 5 Saham Keluar dari Pemantauan Khusus Sejak Awal Juli, Ada SOLA dan AGAR

Berikutnya, PT Nusantara Pelabuhan Handal Tbk (PORT) berubah pengendali setelah China Merchants International Port Integrated Development mengambilalih 51% saham PORT. Masih dari emiten di industri maritim & pelabuhan, ada PT Meratus Jasa Prima Tbk (KARW) yang lebih dulu berubah pengendali usai diakuisisi PT Saranakelola Investa.

Perusahaan dari Grup Meratus tersebut mengambialih 80,19% saham KARW. Sebelum diambilalih, KARW dulunya bernama PT ICTSI Jasa Prima Tbk. Emiten lain yang berganti nama usai berubah pengendali adalah PT Ladangbaja Murni Tbk yang kini berganti nama menjadi PT Green Power Group Tbk (LABA).

PT Nev Stored Energy (NSE) menjadi pengendali pasca mengakuisisi 50,75% saham LABA. Setelah akuisisi, NSE akan melibatkan LABA dalam ekspansi di ekosistem kendaraan listrik, termasuk pengelolaan aplikasi baterai litium dan jaringan pertukaran baterai. 

Sebelumnya pada awal tahun ini, PT Petrosea Tbk (PTRO) berganti pengendali menjadi PT Kreasi Jasa Persada. Anak usaha PT Petrindo Jaya Kreasi Tbk (CUAN) itu mengakuisisi 34% saham PTRO pada 16 Februari 2024. Perusahaan milik taipan Prajogo Pangestu itu kemudian menambah kepemilikan menjadi 41,5% pada 7 Juni 2024.

Baca Juga: Kasus Kresna Life Berlanjut, OJK Tetap Akan Ajukan Kasasi ke MA

Founder & CEO Finvesol Consulting Fendi Susiyanto menyatakan pemegang saham pengendali memiliki peran yang penting dalam pengambilan keputusan strategis perusahaan. Sehingga perubahan pengendali akan cenderung memberikan dampak yang signifikan bagi emiten, termasuk persepsi investor terhadap prospek sahamnya.

Dengan perubahan pengendali, investor mengharapkan adanya dukungan pengembangan bisnis dan pendanaan untuk mengakselerasi usaha emiten tersebut. "Potensi meningkatnya value perusahaan ketika dimiliki dan dikendalikan oleh pemegang saham yang punya komitmen serta jaringan dan reputasi bisnis kuat," kata Fendi kepada Kontan.co.id, Minggu (7/7).

Founder Stocknow.id Hendra Wardana sepakat, perubahan pengendali pada umumnya bisa membawa dampak positif. Ketika pengendali beralih ke perusahaan besar atau yang memiliki keahlian di sektor terkait, maka bisa membuka peluang sinergi, meningkatkan efisiensi operasional, hingga memberikan akses ke pasar atau teknologi baru. 

Bukan tidak mungkin perubahan pengendali membawa efek yang biasa saja, bahkan negatif, jika pengendali baru tidak mengelola perusahaan dengan baik. Dus, pelaku pasar mesti mencermati rekam jejak atau reputasi pengendali baru, bagaimana strategi dan rencana bisnisnya, serta perubahan manajemen & struktur organisasi setelah akuisisi.

"Respons pasar terhadap perubahan pengendali bisa bervariasi, tergantung bagaimana pengendali baru dinilai oleh investor. Analisis menyeluruh dan pemantauan berkelanjutan akan sangat diperlukan untuk menilai dampak dari perubahan pengendali terhadap prospek emiten," imbuh Hendra.

Baca Juga: Bank Neo Commerce (BNC) Lakukan Right Issue untuk Perkuat Modal Inti

Rekomendasi Saham

Head Customer Literation and Education Kiwoom Sekuritas Oktavianus Audi menambahkan, pergantian pengendali merupakan salah satu strategi untuk membawa potensi perbaikan, seiring dengan prospek pengembangan usaha emiten. Hanya saja, aksi korporasi ini juga bisa memiliki faktor inisiatif yang berbeda.

Contohnya INCO yang melepas saham ke MIND ID sebagai bagian dari kewajiban atau syarat untuk mendapatkan perpanjangan operasional melalui Izin Usaha Pertambangan Khusus (IUPK) dari pemerintah. Perubahan pengendali juga bisa mengubah fokus atau menambah lini bisnis perusahaan seperti LABA yang akan menggarap ekosistem penukaran baterai.

Selain itu, Audi juga menyoroti akuisisi KARW oleh Grup Meratus, salah satu perusahaan yang memiliki integrasi pelayaran dan logistik. "Investor harus memperhatikan rencana strategis, kompetensi dan pengalaman dari manajemen baru. Karena pada akhirnya yang dilihat ada peluang emiten di masa depan," kata Audi.

Dari sisi pergerakan saham, KARW dan LABA tampak mendapatkan sambutan hangat dari para pelaku pasar dengan lonjakan harga saham yang signifikan. Meski begitu, saat ini Audi masih belum memberikan rekomendasi dan rating untuk kedua saham tersebut.

Audi menyematkan rekomendasi hold untuk INCO dengan target harga di level Rp 4.830. "Dengan risiko stagnansi harga nikel LME, di tengah kelebihan pasokan pasar pada tahun 2024," jelas Audi.

Baca Juga: Caplok 51% Saham, China Merchant Jadi Pengendali Baru Nusantara Pelabuhan (PORT)

Pengamat Pasar Modal & Founder WH-Project William Hartanto menegaskan, respons pasar memang tidak selalu sama terhadap aksi korporasi emiten, termasuk dalam perubahan pengendali. Siapa pengendali baru, dan apa yang hendak dilakukan pada emiten pasca akuisisi, bakal menjadi faktor krusial.

"Di awal perubahan pengendali pada umumnya akan mendapat respons positif pasar dan harga menguat, tapi dalam jangka panjang akan kembali ke kinerja emitennya," ungkap William.

Menurut William, secara teknikal cukup sulit untuk mengukur emiten yang ganti pengendali. Dus, William menyarankan untuk wait and see. "Perhatikan setelah pergantian pengendali tersebut apakah terdominasi aksi beli atau malah jual," imbuhnya.

Sedangkan Hendra melirik saham PTRO dan CUAN. Hendra menilai setelah akuisisi PTRO terus aktif menambah kontrak-kontrak jasa pertambangan. Sementara CUAN menunjukkan langkah strategis dalam memperkuat posisinya di industri pertambangan.

Rekomendasi Hendra, PTRO layak koleksi untuk target harga di level Rp 9.800, dan stoploss jika turun ke level Rp 8.400. Kemudian target harga untuk CUAN berada di posisi Rp 11.000, dengan batasan stoploss di level Rp 8.900 per saham.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Wahyu T.Rahmawati