JAKARTA. Menemani aktivitas anda di akhir pekan ini, kami menyuguhkan sejumlah berita di halaman bursa saham Harian KONTAN edisi Sabtu 15 November 2014, sebagai berikut. Kinerja Saham Emiten Perkebunan Jeblok Laba sejumlah emiten perkebunan tumbuh rimbun hingga kuartal ketiga tahun ini. Namun pencapaian tersebut tak mampu mendongkrak harga saham perkebunan di Bursa Efek Indonesia. Sejak awal tahun hingga kemarin atau
year-to-date (ytd),
return indeks saham perkebunan minus 0,06% menjadi 2.138,78.
Indeks tersebut mencerminkan keterpurukan harga saham para pekebun. Misalnya, harga saham PT Astra Agro Lestari Tbk (AALI) memerah 5,67% (ytd) ke posisi Rp 23.250 per saham. Kemudian harga saham PT Salim Ivomas Pratama Tbk (SIMP) merosot 8,22% (ytd) menjadi Rp 725 per saham. Harga saham anak usaha SIMP, yakni PT PP London Sumatra Indonesia Tbk (LSIP), pun hanya meningkat tipis 0,26% (ytd) ke posisi Rp 1.895 per saham. Selanjutnya, harga PT BW Plantation Tbk (BWPT) terperosok 64,24% (ytd) menjadi Rp 472 per saham. Return saham PT Austindo Nusantara Jaya Tbk (ANJT) juga merosot 18,79% (ytd) menjadi Rp 1.210 per saham. Hanya saham PT Sampoerna Agro Tbk (SGRO) yang naik tipis 4,25% (ytd) menjadi Rp 2.085 per saham. Analis First Asia Capital David Nathanael Sutyanto mengatakan, keterpurukan harga saham emiten perkebunan disebabkan oleh fluktuasi harga minyak sawit mentah atau
crude palm oil (CPO). Analis Sucorinvest Central Gani, Andy Wibowo Gunawan, menilai tekanan harga saham perkebunan karena penurunan harga minyak mentah brent atau
brent crude oil (BCO) ke bawah US$ 80 per barel. Laju harga CPO berkorelasi kuat dengan harga BCO. Dia bilang, harga BCO berhubungan dengan pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) global. PT Semen Indonesia Tbk (SMGR) PT Semen Indonesia Tbk (SMGR) tak berharap banyak pada pertumbuhan kinerja di tahun depan. Emiten pelat merah ini menargetkan pertumbuhan kinerja naik 5%-6% di 2015. "Kami percaya dengan pemerintah baru. Tapi tantangannya berat," ujar Agung Wiharto, Sekretaris Perusahaan SMGR, kepada KONTAN, Jumat (14/11). Ia bilang, kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) bersubsidi bisa membuat inflasi naik dan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI) ikut naik. Pada akhirnya, kondisi ini akan menghambat konsumsi semen ritel. Namun, SMGR masih berharap karena pemerintah berjanji menggenjot infrastruktur sehingga bisa mengerek konsumsi semen di sektor konstruksi. Di awal tahun, SMGR menargetkan penjualan semen tumbuh 6% sepanjang 2014. Namun karena konsumsi domestik yang melambat, SMGR menurunkan target menjadi 4%-5%. Hingga Oktober, penjualan semen SMGR hanya tumbuh 3% menjadi 21,57 juta ton dariĀ periode yang sama tahun lalu 20,95 juta ton. Penjualan Semen Indonesia masih menjadi kontributor terbesar yakni 11,47 juta ton. Angka ini naik 6,4% dari 10,78 juta ton. Penyumbang kedua terbesar dari Semen Padang sebanyak 5,64 juta ton, 0,8% secara
year-on-year (yoy). Penjualan semen selanjutnya ditopang Semen Tonasa yang menjual 4,45 juta ton semen. Tapi angka ini turun 0,05% dari 4,47 juta ton secara yoy. Di pasar domestik, penjualan SMGR meningkat 3,5% menjadi 21,38 juta ton. Lebih besar jika dibanding pertumbuhan penjualan industri yang hanya tumbuh 3,4%. "Cukup berat untuk bisa tumbuh di atas 4%," ujar Agung. PT Sri Rejeki Isman Tbk (SRIL) Lembaga pemeringkat, Fitch Ratings Indonesia menyematkan peringkat nasional jangka panjang A untuk PT Sri Rejeki Isman Tbk (SRIL). Rating A tersebut mencerminkan rendahnya ekspektasi SRIL mengalami gagal bayar dibandingkan emiten lain di Indonesia. Rufina Tam, Associate Director Fitch Indonesia menjelaskan, pemberian rating A didukung beberapa faktor. Produsen tekstil terbesar nasional itu dianggap Fitch memiliki kelebihan dalam hal terintegrasi kegiatan operasional secara vertikal. SRIL memang memiliki empat lini produksi mulai dari pemintalan, penenunan, produksi kain dan garmen. "Hal ini memberikan perusahaan keunggulan kompetitif karena memungkinkan waktu produksi yang tepat dan kualitas yang lebih tinggi dalam memenuhi order," tulis Tam, dalam rilis, Jumat (14/11). SRIL juga memiliki leverage yang tinggi. Hitungan Fitch, rasio utang bersih terhadap EBITDA SRIL 3-3,5 kali di tahun depan lantaran mayoritas ekspansi didanai utang. Meski banyak utang, Fitch menilai strategi pendanaan SRIL sudah tepat lantaran 70% belanja modal untuk investasi produktif, yakni pembelian mesin. Emiten yang kerap disebut Sritex dinilai punya posisi baik merebut peluang di industri tekstil. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Indeks Harga Saham Gabungan naik tipis di akhir pekan. IHSG kemarin (14/11) ditutup menguat 0,02% menjadi 5.049,48. Selama sepekan ini, indeks saham sudah menanjak 1,24%. Analis Reliance Securities, Lanjar Nafi Taulat, mengatakan pergerakan IHSG selama sepekan ini dipicu data ekonomi Indonesia yang positif. "Seperti data inflasi yang stabil. Itu yang membuat IHSG menguat terbatas selama sepekan ini," ungkap dia. Bank Indonesia yang mempertahankan BI rate di level 7,5% turut mengangkat IHSG. Langkah BI dinilai tepat, karena menahan BI rate sebelum harga BBM naik. Fadli, Analis Net Sekuritas memperkirakan BI rate di level 7,5% akan bertahan hingga akhir tahun ini. Adapun sentimen negatif yang membayangi IHSG adalah terus menurunnya harga minyak global sejak awal tahun.
Di sisi lain, IHSG masih dibayangi rencana kenaikan harga BBM subsidi. Ketidakjelasan kapan jadwal kenaikan harga BBM mendorong investor untuk
wait and see. Pada pekan depan, IHSG bakal dipengaruhi rencana emiten yang berniat menebar dividen. Emiten yang akan membagikan dividen antara lain INCO dan UNVR. "Ini berdampak postif," jelas dia. Lanjar menerka, IHSG pekan depan juga dipengaruhi faktor luar seperti Asia dan Eropa yang akan merilis beberapa data ekonomi. Dia menduga hasilnya kurang baik sehingga menahan laju IHSG. Fadli mengira IHSG di pekan depan melemah berkisar 5.000-5.100. Lanjar menebak tertekan di 4.975-5.090. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Sandy Baskoro