JAKARTA. Kami menyajikan sejumlah berita bursa saham di halaman 4 Harian KONTAN edisi hari ini (26/2), sebagai berikut. PT Surya Semesta Internusa Tbk (SSIA) Demi menggenjot pendapatan berulang, PT Surya Semesta Internusa Tbk (SSIA) memperkuat ekspansi bisnis hotel. Tahun ini, SSIA berniat membangun empat hotel setara bintang tiga dalam jaringan Batiqa Hotels dengan nilai total investasi Rp 350 miliar.
Kelak, Batiqa Hotels pertama berlokasi di Cirebon, Jawa Barat. Hotel ini akan diresmikan pada Maret atau April nanti. Kemudian, SSIA akan meluncurkan Batiqa Hotels di Jababeka, Palembang, dan Pekanbaru. "Batiqa Cirebon akan lebih dulu diresmikan pada Maret-April tahun ini," ungkap Erlin Budiman, Head of Investor Relations SSIA kepada KONTAN, beberapa waktu lalu. Untuk membangun keempat hotel tersebut, SSIA akan menggunakan sumber pendanaan dari kas internal dan pinjaman bank. Perinciannya, sebesar 50% pinjaman bank dan 50% ekuitas perusahaan. Erlin menjelaskan, nilai investasi untuk satu hotel mencapai Rp 80 miliar. Batiqa Hotels Cirebon meliputi 100 kamar. Dengan harga rata-rata sewa Rp 500.000-Rp 550.000 per kamar per malam, manajemen SSIA menargetkan tingkat okupansi hotel berbintang tiga ini sekitar 60%-70% pada tahun pertama beroperasi. Selain di Cirebon, SSIA akan membangun tiga hotelnya pada tahun ini. Setiap hotel memiliki kapasitas sekitar 100 unit-150 unit kamar. Namun, Erlin belum bisa menyebutkan kapan ketiga hotel itu akan diresmikan. PT Indofarma Tbk (INAF) Manajemen PT Indofarma Tbk (INAF) optimistis, kinerja keuangan pada tahun ini mampu melambung tinggi. Emiten farmasi pelat merah ini menargetkan laba bersih mencapai Rp 33 miliar. Jumlah itu melonjak 30 kali lipat daripada keuntungan pada akhir tahun lalu. Mengacu laporan keuangan per 31 Desember 2014 yang belum diaudit, INAF meraup laba sekitar Rp 1,1 miliar. Sedangkan sepanjang tahun 2013, emiten ini menderita rugi bersih senilai Rp 54,22 miliar. "Kami sudah recovery dari kerugian tahun 2013 lalu. Ini karena efisiensi, beban turun banyak," ungkap Yasser Arafat, Sekretaris Perusahaan INAF kepada KONTAN, Rabu (25/2). Dia menyebutkan, kenaikan laba ini merupakan buah pengelolaan perusahaan dan keuangan secara benar. Yasser mengakui INAF sebelumnya sungguh tidak efisien. Namun, kini INAF telah meningkatkan efisiensi pada sejumlah tahapan, mulai dari proses produksi, sumber daya manusia (SDM), hingga pengadaan barang. IPO PP Properti PT PP Properti segera
go public melalui skema initial public offering (IPO) di Bursa Efek Indonesia. Anak usaha PT PP Tbk (PTPP) ini juga optimistis bisa mendongkrak kinerja setelah IPO. PP Properti berniat menjual 35% saham ke publik dengan target dana Rp 1,7 triliun. Manajemen akan menggunakan dana tersebut untuk mengembangkan usaha. Manajemen PP Properti optimistis, kinerjanya akan meningkat setelah IPO. Tahun lalu, PP Properti meraih pendapatan Rp 550 miliar dan laba bersih Rp 106 miliar. "Tahun ini, targetnya, pendapatan bisa naik tiga kali lipat dari tahun lalu," tutur Indaryanto, Direktur Keuangan PP Properti, Rabu (25/2). Ini berarti, pendapatan perusahaan pada 2015 berpotensi mencapai Rp 1,65 triliun. Total land bank PP Properti seluas 55 hektare. Perseroan ini masih membidik lahan di Jawa. Tahun ini, PP Properti akan menggarap proyek baru, seperti pembangunan superblok di Surabaya, senilai total Rp 6 triliun. PT Astra Agro Lestari Tbk (AALI) Kinerja emiten perkebunan masih bermekaran. Sepanjang 2014, PT Astra Agro Lestari Tbk (AALI) mengantongi laba bersih Rp 2,5 triliun, atau tumbuh 38,89% dibandingkan laba 2013. Padahal, beban pokok pendapatan AALI meningkat 34,23%
year-on-year (yoy) menjadi Rp 11,53 triliun. Meski demikian, rugi selisih kurs AALI menurun 71,45% (yoy) menjadi Rp 126,68 miliar. Sedangkan pendapatannya di tahun lalu tumbuh 28,65% (yoy) menjadi Rp 16,3 triliun. Pendapatan tersebut disumbangkan oleh minyak sawit mentah dan turunannya senilai Rp 14,39 triliun. Kemudian, pendapatan inti sawit dan turunannya, yakni Rp 1,89 triliun. Seiring dengan ekspansi perusahaan, nilai liabilitas AALI membesar 43,28% (yoy) menjadi Rp 6,72 triliun pada tahun lalu. Direktur Keuangan AALI Rudy, dalam pernyataan resminya, kemarin (25/2), mengemukakan, kenaikan liabilitas ini karena bertambahnya pinjaman bank sebesar Rp 1,7 triliun dan utang usaha Rp 203 miliar. PT Adhi Karya Tbk (ADHI) Kinerja PT Adhi Karya Tbk (ADHI) sepanjang tahun lalu melambat. Laba bersih perusahaan pelat merah ini turun 20,17% menjadi Rp 324,07 miliar per akhir Desember 2014. Padahal, menurut laporan keuangan yang dirilis Rabu (25/2), ADHI mampu meraup laba bersih Rp 405,97 miliar pada tahun 2013.
Penurunan laba pada tahun lalu terjadi seiring surutnya pendapatan usaha sebesar 12% menjadi Rp 8,6 miliar. Maklum, pada 2014, ADHI hanya mengantongi kontrak baru senilai Rp 9,2 triliun, di bawah target semula, Rp 10,5 triliun. Sebelumnya, Sekretaris Perusahaan ADHI Ki Syahgolang Permata bilang, target kontrak baru tidak tercapai lantaran faktor ketidakpastian di tengah tahun politik. "Pemotongan APBN, terutama sektor infrastruktur pada 2014, turut mempengaruhi rencana perolehan kontrak ADHI," katanya. Susutnya laba bersih menggerus laba per saham ADHI menjadi Rp 171,91 per saham, dari semula Rp 225,38 per saham. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Sandy Baskoro