Simak berita menarik di bursa saham hari ini!



JAKARTA. Menemani aktivitas anda di pagi hari, kami menyuguhkan sejumlah berita bursa saham di halaman 2 Harian KONTAN edisi hari ini (17/9), sebagai berikut.

PT Wijaya Karya Tbk (WIKA) dan PT Adhi Karya Tbk (ADHI)

Emiten pelat merah membidik kucuran pinjaman dari China Development Bank (CDB). Ini karena tiga bank pelat merah, yakni Bank Mandiri (BMRI), Bank Rakyat Indonesia (BBRI), dan Bank Negara Indonesia (BBNI) telah meneken perjanjian untuk meraih pinjaman masing-masing US$ 1 miliar dari CDB.


Kelak, dua emiten konstruksi BUMN, PT Wijaya Karya Tbk (WIKA) dan PT Adhi Karya Tbk (ADHI) akan memperoleh aliran dana dari pinjaman CDB tersebut. Pasalnya, kedua emiten konstruksi ini berencana menggarap proyek dengan nilai jumbo.

WIKA membidik pinjaman untuk proyek Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Jawa V di Banten. PLTU ini akan memiliki kapasitas 2x1.000 megawatt (MW). Investasi proyek ini senilai US$ 1,5 juta per MW. Artinya, total proyek tersebut mencapai US$ 3 miliar atau Rp 42 triliun. "Kami mengajukan pinjaman ke sana, karena dengan ekuitas saja tak cukup," ungkap Suradi, Sekretaris Perusahaan WIKA, kepada KONTAN, Selasa (15/9).

Meski begitu, WIKA tak akan sendirian menggarap proyek tersebut. Nantinya, WIKA menggandeng China Nuclear Engineering Group Corporation Ltd (CNEC) dan PT Sumber Segara Primadaya. Suradi menyebutkan WIKA hanya akan memegang porsi minoritas di sana. Untuk menggarap suatu proyek, WIKA memakai porsi pendanaan 30% kas internal dan 70% pinjaman.

PT Hanjaya Mandala Sampoerna Tbk (HMSP)

PT Hanjaya Mandala Sampoerna Tbk (HMSP) akan memperoleh dana segar. Emiten rokok ini mendapat pinjaman melebihi 50% dari total nilai ekuitasnya.

Pada akhir tahun 2014, ekuitas HMSP adalah Rp 13,49 triliun. Ini berarti, HMSP diperkirakan memperoleh pinjaman di atas Rp 6,74 triliun. “Jumlah pinjaman yang dibutuhkan HMSP timbul karena adanya peningkatan kebutuhan modal kerja perseroan,” sebut Direktur Utama HMSP Paul Norman Janelle, dalam prospektus yang diterbitkan perseroan, Rabu, (16/9).

Fasilitas pinjaman (uncommitted revolving loan facility) tersebut didapat dari Philip Morris Finance SA (PM Finance), perusahaan terafiliasi yang bermarkas di Swiss. Paul menjelaskan, manfaat dari transaksi ini di antaranya adalah  tidak ada mekanisme penjaminan, potensi suku bunga rendah, serta likuiditas dan proses yang mudah.

Pinjaman ini bertenor 24 bulan untuk setiap penarikan dana. Kemudian, mekanisme suku bunganya akan disamakan atau lebih rendah dibanding bunga bank asing yang beroperasi di Jakarta.

PT Surya Essa Perkasa Tbk (ESSA)

PT Surya Essa Perkasa Tbk (ESSA) berikhtiar segera menyelesaikan pembangunan pabrik amonia di Luwuk, Sulawesi Tengah. Pabrik yang menelan dana US$ 830 juta itu digarap anak usaha ESSA, PT Panca Amara Utama (PAU). Untuk mendorong proyek tersebut, PAU telah mendapat suntikan pinjaman senilai US$ 50,1 juta atau setara Rp 723,5 miliar.

Pinjaman yang diteken pada 15 September 2015 tersebut berasal dari Mitsubishi Corporation dan ESSA. Rinciannya, senilai US$ 25,9 juta dari Mitsubishi dan US$ 24,2 juta dari ESSA. Ini merupakan transaksi material karena mencapai 48,17% dari ekuitas ESSA.

Pinjaman yang dikucurkan untuk PAU ini berasal dari beberapa sumber dana, seperti fasilitas pinjaman bank dan pendapatan operasional. "Pinjaman akan langsung digunakan untuk proyek PAU," ujar Direktur Utama ESSA, Garibaldi Thohir dalam prospektus ringkas, Rabu (16/9).

Dalam proyek ini, PAU juga sudah meneken perjanjian kredit dengan International Finance Corporation (IFC). Pinjaman IFC terbagi menjadi dua, yakni pinjaman A senilai US$ 97 juta dan pinjaman B senilai US$ 415 juta. Berdasarkan perjanjian kredit tersebut, perseroan disyaratkan menyelesaikan pabrik amonia sebelum 31 Agustus 2017.

Pabrik amonia ESSA ini akan memproduksi 660.000 ton amonia per tahun. ESSA sudah memperoleh alokasi gas sebesar 55 mmscfd dari sumur gas Senoro-Toili yang berasal dari blok Donggi-Senoro hingga Desember 2027 mendatang.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Sandy Baskoro