Simak Catatan dan Rekomendasi Saham-Saham Dengan Aset Terbesar



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Emiten yang memiliki aset jumbo sering berkorelasi dengan fundamental yang solid. Namun, jumlah aset yang besar tak selalu membuat prospek sahamnya bersinar. Ada kriteria yang perlu dicermati untuk saham-saham dengan nilai aset tinggi.

Mengutip Bloomberg, emiten dengan nilai aset terbesar masih didominasi oleh sektor perbankan. Empat emiten bank berkapitalisasi pasar jumbo (big caps) punya nilai aset di atas Rp 1.000 triliun. PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI) memimpin dengan total aset Rp 1.908,17 triliun.

Di luar dominasi emiten bank, ada PT Astra International Tbk (ASII) dan PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk (TLKM). Masing-masing memiliki aset Rp 432,99 triliun dan Rp 278,47 triliun.


Analis Investindo Nusantara Sekuritas Pandhu Dewanto melihat dalam situasi yang kondusif untuk ekspansi, jumlah aset berdampak signifikan bagi perusahaan. Hal ini menunjukkan sumber daya yang lebih kuat sebagai keunggulan kompetitif dibanding para pesaingnya.

"Jumlah aset juga memberikan kesan kepada para investor bahwa perusahaan memiliki kondisi keuangan yang mumpuni sehingga cenderung lebih mudah bertahan dalam jangka panjang," kata Pandhu kepada Kontan.co.id, Selasa (13/6).

Baca Juga: Wall Street Mencapai Level Tertinggi Setahun Setelah Rilis Data Inflasi AS

Research & Consulting Manager Infovesta Utama Nicodimus Kristiantoro sepakat, kapasitas aset menjadi faktor krusial ketika ingin menggelar ekspansi. Dengan aset yang besar, perusahaan juga mempunyai kesempatan lebih besar untuk meningkatkan pangsa pasar.

Kepala Riset Surya Fajar Sekuritas, Raphon Prima menimpali, kekuatan aset juga memberikan sinyal terkait kemampuan emiten untuk survive dan menangkap potensi bisnis ke depan. Dus, performa aset emiten turut menjadi pertimbangan penting bagi investor jangka panjang dan investor global berskala besar.

"Nilai aset perusahaan yang besar menunjukkan risiko yang lebih rendah dibandingkan perusahaan dengan aset lebih kecil. Perusahaan dengan aset besar disertai tingkat kesehatan utang yang baik menunjukkan perusahaan memiliki bisnis berkelanjutan," terang Raphon.

Analis Ekuator Swarna Sekuritas David Sutyanto mengamini, kapasitas aset perusahaan menjadi salah satu kriteria penting dalam investasi. Hanya saja, perlu dicermati sejauh mana aset yang besar itu bisa sejalan dengan produktivitas bisnisnya.

Baca Juga: IHSG Ditutup Melemah, Begini Proyeksi Untuk Rabu (14/6)

David mengingatkan, umumnya emiten mendongkrak asetnya dengan tiga cara. Pertama, peningkatan laba ditahan atau emiten tumbuh didorong hasil operasional. Kedua, peningkatan melalui utang, seperti penerbitan surat utang atau pinjaman dari bank.

Ketiga, peningkatan modal disetor. "Aset juga bisa meningkat apabila ada aksi korporasi seperti rights issue, debt to equity swap, merger dan akuisisi, atau aksi lainnya," ujar David.

Pandhu sependapat, jumlah aset tidak selalu menjamin keberhasilan atau keberlanjutan usaha. Masa depan perusahaan akan sangat tergantung dari kelihaian manajemen merealisasikan strategi bisnis dan kemampuan beradaptasi dalam dinamika industrinya.

Baca Juga: IHSG Melemah ke 6.719, BBRI, ASII, BBCA Paling Banyak Net Buy Asing, Selasa (13/6)

Pandhu mengingatkan, tidak semua aset merupakan aset yang produktif. Sehingga jika tidak dikelola dengan baik, justru akan membebani perusahaan dengan biaya perawatan dan depresiasi yang besar.

"Investor perlu lebih cermat dalam menganalisa suatu perusahaan, apakah aset yang dimilliki saat ini masih cukup produktif dalam mendukung operasi bisnis dan mencapai tujuan jangka panjang," imbuh Pandhu.

Nico menambahkan, investor memang mesti mencermati perusahaan dari berbagai sisi. Terutama dari keberlangsungan operasi bisnis, yang tercermin dari pertumbuhan pendapatan, laba bersih, serta arus kas perusahaan.

Baca Juga: IHSG Turun 0,05% ke 6.719 di Akhir Perdagangan Selasa (13/6)

Rekomendasi Saham 

Di antara emiten dengan aset jumbo, Nico merekomendasikan saham bank big caps. Target harga untuk saham BMRI ada di Rp 5.300, PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI) dengan target harga Rp 5.700, PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) target harga Rp 9.500, dan PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BBNI) dengan target harga Rp 9.500.

Selain keempat bank big caps, Nico merekomendasikan TLKM dengan target harga Rp 4.250. David ikut menjagokan saham bank big caps dan TLKM. Di samping itu, David merekomendasikan saham ASII yang menarik sebagai emiten holding.

Sedangkan Raphon menilai BBRI dan BBCA menjadi saham beraset jumbo yang paling menarik untuk dipertahankan dalam portofolio investasi. Begitu juga Pandhu yang menyukai saham bank big caps.

Tak hanya soal jumlah aset, kinerja bank big caps sejauh ini juga masih mampu tumbuh solid. Pandhu bilang, kinerja emiten dan prospek sektornya menjadi kriteria penting untuk menghadapi potensi kontraksi ekonomi global.

Dus, Pandhu menyarankan investor untuk waspada terhadap emiten di sektor komoditas, terutama batubara. "Perlu diantisipasi dengan potensi terjadinya penurunan laba, sehingga akan menurunkan valuasi wajarnya," tandas Pandhu.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Wahyu T.Rahmawati