KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Awan gelap masih membayangi industri reksadana di Indonesia. Alhasil, dana kelolaan atawa
assets under managemnet (AUM) industri reksadana pun terus merosot. Meski demikian, beberapa manajer investasi masih mencatat dana kelolaan jumbo di tahun ini. Sebagai informasi, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat, dana kelolaan industri reksadana hingga Juli mencapai Rp 543,49 triliun. Angka tersebut turun dari bulan sebelumnya yang sebesar Rp 548,48 triliun dan merupakan penurunan ketujuh di tahun ini. Adapun, PT Manulife Aset Manajemen Indonesia (MAMI) masih menjadi manajer investasi dengan dana kelolaan terbesar. Hanya saja, mengikuti dengan yang terjadi di industri, dana kelolaan MAMI pun turun.
Dana kelolaan reksadana di Manulife Aset Manajemen hingga Juli 2022 tercatat sekitar Rp 52,98 triliun. Angka tersebut turun 7,13% secara tahunan. Mengingat di akhir Juli 2021 silam, dana kelolaan MAMI masih Rp 57,1 triliun. CEO MAMI Afifa bilang, penurunan ini memang sudah terlihat sejak separuh pertama di tahun ini karena terhambat oleh perkembangan inflasi yang persisten, kebijakan suku bunga, dan kekhawatiran pertumbuhan ekonomi ke depan.
Baca Juga: Suku Bunga Acuan Naik, Instrumen Pasar Uang Dinilai Makin Menarik “Sebelumnya di paruh pertama 2022, pasar mengharapkan terus berlanjutnya pemulihan ekonomi pasca perbaikan pandemi bisa menopang pasar finansial,” ujar Afifa. Sementara itu, Afifa juga menyebutkan meningkatnya kekhawatiran dampak dari pengetatan The Fed yang agresif terhadap perlambatan ekonomi global menyebabkan aksi jual pada pasar negara berkembang, termasuk Indonesia. Hanya saja, ia melihat kondisi makro ekonomi Indonesia yang lebih solid, disertai dengan pertumbuhan laba perusahaan yang diperkirakan tumbuh sehat diharapkan dapat mendorong pergerakan pasar saham, terutama ketika sentimen global sudah lebih membaik. “Fokus kami adalah terus melakukan edukasi finansial ke masyarakat luas, memberikan kemudahan akses bagi masyarakat luas ke berbagai produk reksa dana MAMI, menyediakan solusi investasi yang sesuai dengan kebutuhan beragam tipe investor,” imbuhnya. Setelah Manulife Aset Manajemen, posisi selanjutnya diisi oleh PT Bahana TCW Investment Management. Dimana, dana kelolaan reksadana mereka senilai Rp 40,45 triliun dan turun 6,82% dibandingkan periode sama tahun lalu. Disusul, PT Sucorinvest Asset Management yang mencatatkan dana kelolaan senilai Rp 36,83 triliun. Berbeda dari manajer investasi lainnya, Sucorinvest Assret Management justru mengalami pertumbuhan pada dana kelolaan, yang mencapai 94,56% secara tahunan.
Baca Juga: Pamor Reksadana Terproteksi Memudar, Dana Kelolaan di Juli Turun Rp 3 Triliun “Semua kelas asset kami mengalami kenaikan kecuali kelas asset CPF yang mengalami penurunan dikarenakan likuidasi,” ujar
Investment Specialist Sucorinvest Asset Management Toufan Yamin. Toufan bilang pihaknya masih mengharapkan pertumbuhan dana kelolaan yang didukung oleh kenaikan jumlah investor yang sangat pesat di Indonesia dan makin mudahnya investor retail dalam berinvestasi melalui Agen Penjual Efek Reksa Dana (APERD) terutama APERD online.
“Dana kelolaan sendiri saat ini telah melebihi dari ekspektasi awal tahun namun kami berharap masih akan terus bertumbuh hingga penghujung tahun didukung oleh pertumbuhan nasabah baik dari segmen ritel maupun institusi,” pungkasnya. Di posisi keempat, ada PT Batavia Prosperindo Aset Manajemen yang mencatatkan dana kelolaan senilai Rp 36,62 triliun. Di mana, posisi itu turun 8,88% secara tahunan. Terakhir, ada PT Mandiri Manajemen Investasi yang memiliki dana kelolaan senilai Rp 34,83 triliun. Dan, mencatat penurunan terbesar dibandingkan empat manajer investasi sebelumnya yang sekitar 16,99% secara tahunan. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Anna Suci Perwitasari