JAKARTA. Proyeksi membaiknya harga jual diperkirakan membantu emiten batubara untuk memperbaiki kinerja keuangan di tahun ini. Tapi, sentimen positif tersebut tentunya tentunya perlu diimbangi sentimen lain yang dimiliki masing-masing emiten. Andy Wibowo Gunawan, Analis Sucorinvest Central Gani menuturkan, PT Bukit Asam (Persero) Tbk (PTBA) pantas dicermati lebih jauh seiring strategi diversifikasi yang dilakukannya. Selain batubara, PTBA memang bermain juga di bisnis pembangkit listrik, perdagangan batubara dan gas metan batubara atau coal bed methane (CBM). Milawarma, Direktur Utama PTBA pernah menyatakan, perusahaan sedang mengajukan aplikasi untuk mulai melakukan pengeboran di dua wilayah kerja baru gas CBM yang berlokasi di Riau dan Sumatera Barat. Penggarapan dua wilayah kerja baru gas CBM tentunya mesti dilakukan secara bertahap. PTBA memperkirakan kebutuhan investasi untuk menggarap dua wilayah kerja gas CBM senilai US$ 50 juta. Dua wilayah kerja ini bakal menambah portofolio gas CBM di luar Tanjung Enim, Sumatera Selatan. "Keunggulan lain PTBA terlihat juga dari tanggungan utang yang bisa dikatakan masuk kategori zero debt level," terang Andy. PT Indo Tambangraya Megah (ITMG) juga sejatinya masuk kategori zero debt level. Arus kas ITMG juga terbilang kuat. Namun, jumlah cadangan batubara ITMG memang tidak sebesar PTBA. Alhasil, daya tarik ITMG dari sisi keberlangsungan produksi memang tidak sebaik PTBA. Sementara itu, keunggulan PT Adaro Energy Tbk (ADRO) bersumber dari integrasi vertikal yang dilakukannya. Bisnis Adaro memang terbentang mulai dari pertambangan batubara hingga pembangkit listrik. Dengan strategi seperti itu, Andy bilang, Adaro seharusnya bisa meningkatkan volume penjualan batubara menjadi 71,3 juta ton di tahun ini. Berdasarkan berbagai daya tarik tersebut, Andy merekomendasikan "beli" ketiga saham tersebut. Target harga PTBA ditetapkan senilai Rp 11.900 per saham. Sementara target harga ITMG dan ADRO masing-masing ditetapkan senilai Rp 30.000 dan Rp 1.180 per saham.Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak daya tarik tiga emiten batubara besar
JAKARTA. Proyeksi membaiknya harga jual diperkirakan membantu emiten batubara untuk memperbaiki kinerja keuangan di tahun ini. Tapi, sentimen positif tersebut tentunya tentunya perlu diimbangi sentimen lain yang dimiliki masing-masing emiten. Andy Wibowo Gunawan, Analis Sucorinvest Central Gani menuturkan, PT Bukit Asam (Persero) Tbk (PTBA) pantas dicermati lebih jauh seiring strategi diversifikasi yang dilakukannya. Selain batubara, PTBA memang bermain juga di bisnis pembangkit listrik, perdagangan batubara dan gas metan batubara atau coal bed methane (CBM). Milawarma, Direktur Utama PTBA pernah menyatakan, perusahaan sedang mengajukan aplikasi untuk mulai melakukan pengeboran di dua wilayah kerja baru gas CBM yang berlokasi di Riau dan Sumatera Barat. Penggarapan dua wilayah kerja baru gas CBM tentunya mesti dilakukan secara bertahap. PTBA memperkirakan kebutuhan investasi untuk menggarap dua wilayah kerja gas CBM senilai US$ 50 juta. Dua wilayah kerja ini bakal menambah portofolio gas CBM di luar Tanjung Enim, Sumatera Selatan. "Keunggulan lain PTBA terlihat juga dari tanggungan utang yang bisa dikatakan masuk kategori zero debt level," terang Andy. PT Indo Tambangraya Megah (ITMG) juga sejatinya masuk kategori zero debt level. Arus kas ITMG juga terbilang kuat. Namun, jumlah cadangan batubara ITMG memang tidak sebesar PTBA. Alhasil, daya tarik ITMG dari sisi keberlangsungan produksi memang tidak sebaik PTBA. Sementara itu, keunggulan PT Adaro Energy Tbk (ADRO) bersumber dari integrasi vertikal yang dilakukannya. Bisnis Adaro memang terbentang mulai dari pertambangan batubara hingga pembangkit listrik. Dengan strategi seperti itu, Andy bilang, Adaro seharusnya bisa meningkatkan volume penjualan batubara menjadi 71,3 juta ton di tahun ini. Berdasarkan berbagai daya tarik tersebut, Andy merekomendasikan "beli" ketiga saham tersebut. Target harga PTBA ditetapkan senilai Rp 11.900 per saham. Sementara target harga ITMG dan ADRO masing-masing ditetapkan senilai Rp 30.000 dan Rp 1.180 per saham.Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News