JAKARTA. Pil pahit jangka pendek harus dialami perekonomian Indonesia tahun ini akibat pelarangan ekspor mineral mentah atawa ore. Pertumbuhan triwulan pertama 2014 pun secara year on year (yoy) alias tahunan hanya berhasil mencapai 5,21%. Satu-satunya dari sembilan sektor penyumbang Produk Domestik Bruto (PDB) yang mengalami penurunan adalah lapangan usaha pertambangan dan penggalian. Tercatat oleh Badan Pusat Statistik (BPS), pertambangan dan penggalian turun 0,38% dibanding triwulan I 2013. Pada periode pertama 2013 laju sektor tersebut meningkat 0,10%. Tidak hanya tambang dan galian, sektor perdagangan besar dan eceran pun melambat pertumbuhannya akibat pelarangan ekspor mineral mentah.
Apabila pada triwulan I tahun lalu laju perdagangan besar dan eceran mencapai 6,53%, maka pada triwulan I tahun ini hanya 4,23%. Alhasil Indeks Tendensi Bisnis (ITB) pada industri pertambangan dan penggalian, perdagangan serta pengolahan menurun tajam. Lihat, ITB pertambangan dan penggalian dari sebelumnya 106,00 pada triwulan IV 2013 turun menjadi 94,61 pada triwulan I 2014. Industri pengolahan yang sebelumnya 104,16 merosot jadi 99,75. Penurunan optimisme kalangan pengusaha terhadap perekonomian periode pertama tahun politik terjadi. Kepala BPS Suryamin mengatakan pengaruh pelarangan ekspor mineral mentah cukup signifikan karena mempunyai dampak berikutnya pada sektor industri yang berlipat. Ekspor bahan bakar mineral pada tiga bulan pertama 2014 sebesar US$ 5,63 miliar. Nilai ini turun 13,29% dibanding periode yang sama tahun sebelumnya yang mencapai US$ 6,49 miliar. Padahal bahan bakar mineral menjadi golongan barang nomor satu penyumbang ekspor non migas terbesar.