KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kinerja reksadana indeks dan
exchange traded fund (ETF) yang bersifat pasif mendapat angin segar dari kenaikan kinerja Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). Bahkan, beberapa reksadana ETF berhasil berkinerja lebih baik dari IHSG. Sejak awal tahun hingga Senin (21/12) kinerja IHSG membaik dengan hanya minus 2,13%. Dalam enam bulan terakhir IHSG naik 25,30%. Pemulihan kinerja IHSG ini juga menyokong pertumbuhan kinerja reksadana ETF dan pemulihan kinerja reksadana indeks. Berdasarkan data Infovesta, reksadana ETF yang memakai acuan indeks IDX value 30, Pefindo I Grade, SMIFRA18, berhasil catatkan pertumbuhan kinerja yang lebih tinggi dari IHSG.
Lihat saja, reksadana Premier ETF Indonesia State-Owned Companies berhasil tumbuh 10,2% secara ytd per Jumat (18/12). Di periode yang sama reksadana Nusadana ETF IDX Value30 tumbuh 3,06% ytd. Sementara, reksadana KISI IDX Value30 ETF tumbuh 2,29% ytd. Head of Investment Research Infovesta Utama Wawan Hendrayana mengatakan pertumbuhan IHSG tersokong oleh euforia pelaku pasar menyambut kehadiran vaksin Covid-19. Selain itu, di kuartal IV IHSG juga solid bertahan di area hijau karena tersokong aksi
window dressing. Baca Juga: IHSG masih moncer, kinerja reksadana saham kembali meroket "Biasanya ketika IHSG koreksi dalam, baru akan rebound di tahun depan, tapi tahun ini spesial karena sudah bisa rebound di akhir tahun," kata Wawan, Senin (21/12). Head of Investment Avrist Asset Management Farash Farich mengatakan kinerja indeks tersokong karena ada perbaikan bisnis emiten di kuartal III dan IV tahun ini. Farash memproyeksikan kinerja positif para emiten akan berlanjut secara bertahap di 2021. Katalis positif datang dari perkembangan efektifitas vaksin Covid-19. "Keyakinan pemulihan bisnis di tahun depan bisa berlanjut," kata Farash. Selain itu, kemenangan Joe Biden sebagai Presiden AS juga meningkatkan probabilitas tambahan stimulus fiskal dan stimulus moneter. Ujungnya, tingkat suku bunga negara maju yang rendah membuat imbal hasil negara berkembang seperti Indonesia terlihat tetap menarik. Di tahun depan Wawan memproyeksikan kondisi normal pada siklus ekonomi akan terjadi. Pelaku pasar pun akan kembali memperhatikan pendapatan dan kinerja emiten dengan valuasi saham yang kembali tidak murah bahkan jadi mahal di tahun depan. Wawan memproyeksikan IHSG tahun depan tumbuh 10% ke 6.800-7.000. Demikian kinerja reksadana reksadana pasif yang mengacu indeks non sektoral juga tumbuh rata-rata di 10%. Farash juga menilai valuasi saham saat ini relatif netral sehingga potensi imbal hasil tahun depan akan linear dengan pertumbuhan laba emiten. Farash mengestimasikan pertumbuhan laba emiten dalam rentang lebar 15%-30% di tahun depan. Namun, dalam jangka panjang pertumbuhan laba emiten akan kembali normal di rentang 10%-12% saja.
Namun, Wawan mengingatkan perjalanan pertumbuhan IHSG di tahun depan tidak akan mulus. Profit taking berpotensi terjadi di Januari atau Februari. "Wajar jika IHSG turun di bawah 6.000," kata Wawan. Reksadana indeks atau ETF menurut Wawan cocok dimiliki investor yang untuk diversifikasi portofolio. Kini, investor tinggal memilih indeks acuan yang dipakai reksadana tersebut. "Pelaku pasar bisa mengamati seperti apa kinerja indeks saat pandemi dan harapannya di tahun depan akan lebih baik," kata Wawan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Herlina Kartika Dewi