KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Salah satu penyebab terjadinya kredit macet pada industri
fintech peer to peer (
P2P Lending) adalah tidak berjalannya sistem data nasabah. Tentunya ini akan mempengaruhi nilai TWP90 perusahaan. Hal ini membuat perusahaan-perusahaan
fintech di Tanah Air berlomba-lomba dalam mengusung strategi untuk menjaga nilai TWP90 tersebut. PT Akseleran Keuangan Inklusif Indonesia misalnya, memiliki beberapa strategi di mana yang paling utama melakukan asesmen pinjaman secara hati-hati (
prudent). “Tidak ada cara lain. Kalau ini diterapkan maka
non performing loan (NPL/TWP90) akan terjaga,” ujar
Group CEO & Co-Founder Akseleran Ivan Nikolas Tambunan kepada Kontan.co.id, Rabu (10/5).
Ivan menjelaskan, dalam melakukan asesmen pinjaman pihaknya mengacu pada tiga aspek utama pertama keuangan, di mana asesmen laporan keuangan dan rekening koran debitur dengan seksama dan mempelajari kemampuan keuangan si debitur untuk menopang beban pinjaman.
Baca Juga: Lender Keluhkan Pembayaran Hasil Investasi Terlambat, Ini Upaya Investree “Kedua,
underlying, yaitu
invoice atau
purchase order (PO)-nya, kami validasi secara berlapis untuk benar-benar yakin kalau
invoice atau PO yang dijadikan
underlying pinjaman itu benar-benar valid dan layak,” jelasnya. Ketiga, lanjut dia,
credit history debitur, di mana pihaknya pelajari selama ini sudah dapat pinjaman dari siapa saja, serta bagaimana pembayarannya. “Hal ini membuat kami mampu menjaga tingkat NPL yang rendah dan stabil di lima tahun terakhir, bahkan saat pandemi berlangsung,” terangnya. Lebih lanjut Ivan menyatakan bahwa, tingkat NPL Akseleran per hari ini berada di angka 0,59% dari nilai
outstanding (TKB90 = 99,41%). “NPL kami relatif stabil dan rendah di beberapa tahun ke belakang,” katanya. Sementara itu, Ivan bilang sepanjang tiga bulan pertama atau kuartal I 2023 kinerja Akseleran menunjukkan kinerja yang cukup baik. Di mana, Akseleran mampu menyalurkan pinjaman lebih dari Rp 800 miliar, naik sekitar 30% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. PT Modalku Finansial Indonesia atau Modalku Finance juga membeberkan strategi dalam mengatasi kredit macet.
Co-Founder & CEO Modalku, Reynold Wijaya menyampaikan bahwa pihaknya terus berupaya membangun hubungan baik dengan penerima dana. Katanya, sebelum tanggal jatuh tempo pihaknya akan mengirimkan notifikasi terkait jadwal pembayaran melalui beberapa kanal seperti
e-mail, telepon, dan SMS. “Jika penerima dana sudah melewati masa jatuh tempo, Tim Modalku akan mencari tahu lebih lanjut terkait kendala yang dialami oleh penerima dana dan berupaya untuk mencari solusi terbaik mengingat kami juga memiliki tanggung jawab yang sama dengan para pemberi dana Modalku,” ujarnya kepada KONTAN. Reynold mengungkapkan bahwa sejauh ini penerima dana di Modalku tetap kooperatif dalam proses pengembalian pinjaman dan jika ada yang mengalami kendala dalam bisnisnya. “Mereka cukup terbuka dan mau berdiskusi dengan tim Modalku untuk mencari solusi dan menyelesaikan seluruh pembayaran pengembalian pinjaman,” ungkapnya.
Baca Juga: Ini Strategi Akseleran Tekan Kredit Macet Sayangnya, Reynold enggan menyebutkan nilai TWP90 perusahaan, namun dia bilang nilainya masih cukup stabil, di mana di bawah tingkat ideal TWP90 di industri sektor jasa keuangan. Lebih lanjut, dia menambahkan bahwa pihaknya berkomitmen untuk terus menjaga keamanan informasi penerima dana dan pemberi dana sesuai dengan arahan dan peraturan yang berlaku.
Dikatakannya, Modalku juga sudah tersertifikasi ISO 27001, yaitu penilaian standar internasional terhadap sistem manajemen keamanan informasi dan perlindungan data. “Dalam implementasinya, Modalku tidak menggunakan data pribadi pengguna Modalku selain dalam rangka pemberian fasilitas pendanaan dan pelaksanaan kegiatan usaha Modalku,” pungkasnya. Sebagai informasi, berdasarkan catatan OJK per Maret 2023, TWP90 yang menjadi indikator kredit macet di
fintech lending, meningkat baik secara tahunan maupun bulanan menjadi 2,81%. Sementara pada periode yang sama tahun 2023 di level 2,32% dan Februari 2023 di level 2,69%. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Tendi Mahadi