KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Pertamina Geothermal Energy Tbk (PGEO) meneruskan agenda ekspansi untuk mendongkrak kapasitas pembangkit listrik panas bumi. Langkah ini dijalankan sembari mengejar target kinerja pada semester II-2024. Corporate Secretary Pertamina Geothermal Energy Kitty Andhora mengungkapkan PGEO bakal meningkatkan efisiensi operasional, optimalisasi produksi dan pengelolaan biaya yang efektif. "Untuk semester kedua tahun ini, kami optimistis mampu mencatatkan pertumbuhan kinerja yang lebih baik dari yang ditargetkan," kata Kitty kepada Kontan.co.id, Jumat (13/9).
Baca Juga: PGEO Perkenalkan Pengembangan Energi Panas Bumi Indonesia di IISF 2024 Pada semester I-2024, PGEO meraih laba bersih senilai US$ 96,27 juta atau tumbuh 3,77% dibandingkan periode yang sama tahun lalu (
Year on Year/YoY). Pertumbuhan ini terjadi ketika pendapatan PGEO menyusut 1,43% (YoY) menjadi US$ 203,76 juta hingga Juni 2024. Kitty menyampaikan, PGEO telah mengantisipasi penurunan pendapatan karena adanya program pemeliharaan terjadwal yang harus dilakukan di beberapa pembangkit pada tahun 2024. Sehingga, realisasi kinerja keuangan PGEO mampu melampaui target Rencana Kerja dan Anggaran Perusahaan (RKAP) yang telah ditetapkan untuk mendekati level tahunan. Pendapatan melebihi target sebesar 2,42%, EBITDA sebanyak 8,44%, dan laba bersih sebesar 38,45%. Adapun, pertumbuhan laba bersih didorong oleh pendapatan lain-lain dari aktivitas keuangan. Seperti keuntungan dari fluktuasi kurs, dan pengelolaan dana yang optimal menghasilkan pendapatan bunga. Kitty melanjutkan, PGEO meneruskan komitmen untuk meningkatkan total kapasitas terpasang dari 672,5 Megawatt (MW) menjadi 1 Gigawatt (GW) dalam dua sampai tiga tahun ke depan. Ekspansi ini dilakukan melalui proyek
co-generation dan pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Panas bumi (PLTP) baru.
Baca Juga: Pertamina Geothermal (PGEO) Gelar MESOP 287,21 Juta Saham, Simak Jadwalnya Antara lain melalui proyek Lumut Balai Unit-2, Hululais Unit 1 & 2, Lahendong Unit 7 & 8 dan beberapa proyek eksplorasi lainnya. "Ekspansi ini kami lakukan secara hati-hati untuk memastikan seluruh kapasitas tambahan terserap secara optimal dan saat ini progresnya masih berjalan sesuai rencana," ungkap Kitty. Kitty mencontohkan Lumut Balai Unit 2 yang progres penyelesaian saat ini mencapai 84,09%. Proyek pembangkit listrik dengan kapasitas 55 MW ini dijadwalkan untuk
technical completion pada Desember 2024. Tak hanya di dalam negeri, PGEO juga menyasar ekspansi ke luar negeri, antara lain ke Turkiye. "Kami sedang melakukan
due diligence secara
prudent yang mencakup berbagai sisi seperti technical, komersialitas, legalitas, financial dan beberapa parameter penting lainnya. Apabila hasilnya
satisfactory, baru akan kami tentukan langkah selanjutnya," jelas Kitty.
Capex Jumbo
Guna menopang agenda ekspansi tersebut, PGEO menyiapkan belanja modal alias capital expenditure yang cukup jumbo, yakni sekitar US$ 548 juta pada tahun ini. Hanya sebagai gambaran saja, jumlah itu setara dengan Rp 8,43 triliun jika dikonversi memakai kurs Rp 15.400 per dolar Amerika Serikat. PGEO mengalokasikan capex tersebut untuk agenda pengembangan bisnis organik sebesar US$ 248 juta dan anorganik sekitar US$ 300 juta. Hingga Juni 2024, realisasi capex PGEO baru mencapai US$ 51,96 juta. Capex tersebut dialokasikan untuk proyek Lumut Balai unit 1 & 2, proyek Hululais, eksplorasi Kotamobagu, dan eksplorasi Lahendong unit 7 & 8. Kemudian untuk eksplorasi di wilayah kerja lainnya serta beberapa
maintenance works untuk area Kamojang, Lahendong, Ulubelu, Karaha, Sibayak, dan Lumut Balai.
Baca Juga: Inovasi Terbaru, Pertamina Ghothermal (PGEO) Siap Tingkatkan Pembangkit Panas Bumi "PGEO optimistis penyerapan capex organik akan meningkat di kuartal III dan IV. Seiring dengan kemajuan proyek pengembangan, pekerjaan yang dilakukan oleh kontraktor, dan aktivitas operasional lainnya. Khususnya pada pengembangan Lumut Balai unit 2," jelas Kitty.
PGEO pun mempertimbangkan akuisisi dengan alokasi capex untuk pengembangan anorganik sekitar US$ 300 juta. Tetapi, ini lebih bersifat oportunistis. Sehingga realisasinya bergantung pada faktor eksternal. Termasuk kesesuaian harga, kondisi pasar, dan hasil
due diligence yang sedang berlangsung. Mengenai sumber pendanaan, PGEO memaksimalkan penggunaan kas yang tersedia. Namun, terbuka opsi untuk pendanaan (
financing) tambahan guna mendanai proyek-proyek pengembangan. Pendanaan baru kemungkinan akan diperlukan paling cepat pada tahun 2025/2026. Dari sisi pergerakan saham, PGEO menutup perdagangan Jumat (13/9) dengan pelemahan 1,75% ke level harga Rp 1.120 per saham. Jika diakumulasi secara
year to date, harga saham PGEO melandai 4,27%. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Herlina Kartika Dewi