Simak Kinerja Emiten CPO di tengah Gejolak Tensi Geopolitik Timur Tengah



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kinerja emiten minyak kelapa sawit alias crude palm oil (CPO) dinilai bisa terkerek di tengah memanasnya geopolitik di Timur Tengah.

PT Triputra Agro Persada Tbk (TAPG) melihat kondisi geopolitik di Timur Tengah akan meningkatkan risiko suplai pada sektor energi. Hal ini secara langsung akan berdampak pada kenaikan harga sektor energi dan juga pada komoditas lain, seperti minyak sayur, khususnya CPO yang saat ini juga digunakan sebagai energi baru terbarukan (EBT).

Sekretaris Perusahaan TAPG Joni Tjeng mengatakan, di sisi lain konflik tersebut juga meningkatkan risiko dari kenaikan biaya produksi, khususnya peningkatan harga pupuk yang seiring dengan peningkatan harga gas global.


“Kami berharap kondisi geopolitik di Timur Tengah ini dapat dengan segera terselesaikan untuk menciptakan kondisi yang lebih stabil,” ujarnya kepada Kontan.co.id, Jumat (19/4).

Baca Juga: Produksi TBS dan CPO Triputra Agro (TAPG) di Kuartal I 2024 Penuhi 22% Target 2024

PT Sampoerna Agro Tbk (SGRO) melihat, harga CPO secara umum dipengaruhi permintaan dan penawaran yang disebabkan oleh beberapa faktor. Termasuk, pergerakan harga minyak nabati lain dan pergerakan harga minyak bumi.

Head of Investor Relations Sampoerna Agro Stefanus Darmagiri mengatakan, ini karena CPO dapat digunakan sebagai energi alternatif.

“Peningkatan tensi geopolitik di Timur Tengah yang membuat harga minyak bumi naik dampaknya bisa positif ke harga CPO, sehingga menaikkan penjualan SGRO,” ujarnya kepada Kontan.co.id, Jumat (19/4).

Baca Juga: Kinerja Emiten CPO Masih Berat, Simak Rekomendasi Sahamnya

Equity Analyst Kiwoom Sekuritas Indonesia, Abdul Azis Setyo Wibowo melihat, panasnya geopolitik di Timur Tengah dapat memberikan dampak positif ke peningkatan permintaan CPO.

Namun, pelemahan nilai tukar mata uang Malaysia dan Indonesia memiliki dampak yang lebih besar terhadap peningkatan permintaan CPO di tahun ini. Peningkatan permintaan ini akan mendorong kenaikan harga CPO ke depan.

“Di sisi lain, adanya La Nina pun bisa berdampak pada suplai yang menurun, sehingga bisa berpotensi meningkatkan harga CPO,” ujarnya kepada Kontan, Jumat (19/4).

Azis pun merekomendasikan trading buy untuk LSIP dengan target harga Rp 885–Rp 890 per saham, dan level support Rp 850 per saham–Rp 840 per saham.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Wahyu T.Rahmawati