KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Reksadana pasar uang menjadi satu-satunya kelas aset reksadana yang mampu mencetak hasil positif di sepanjang Februari 2023. Sementara reksadana saham masih bergerak mendatar (
sideways) dengan kecenderungan melemah. Selama Februari 2023, reksadana pasar uang berhasil tumbuh 0,28% dari bulan sebelumnya. Reksadana pendapatan tetap terpantau alami koreksi tipis -0,02%, disusul reksadana campuran dan reksadana saham yang masing-masing terkoreksi 0,12% dan 0,19% di secara bulanan. Vice President Infovesta Wawan Hendrayana menjelaskan bahwa Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) bergerak datar selama bulan lalu. Sektor transportasi memberikan kinerja terbaik, namun sektor keuangan dan teknologi menjadi pemberat.
IHSG menguat tipis 0,06% secara bulanan di Februari 2023. Sementara, secara
year to date (Ytd), IHSG masih tertekan 0,11% sampai akhir Februari 2023.
Baca Juga: Principal AM Optimistis Kinerja Reksadana Pendapatan Dollar Membaik, Ini Alasannya Kondisi tersebut karena terjadi ketidakpastian atas
peak kenaikan suku bunga The Fed oleh data ekonomi terbaru di Amerika Serikat (AS). Ini berpengaruh pada kenaikan imbal hasil atau
yield treasury bill di AS yang ikut mengerek kenaikan
yield Surat Utang Negara (SUN). Menurut Wawan, reksadana pasar uang tidak terkoreksi karena berisikan deposito dan obligasi di bawah 1 tahun. Dengan kata lain, kemungkinan rugi bagi kelas aset ini kecil sekali di tengah tekanan suku bunga. Walaupun saat ini investor masih
wait and see, namun proyeksi suku bunga hingga akhir tahun cenderung tidak akan naik drastis seperti tahun lalu dan bahkan ada potensi bisa turun. Karena itu pula, Wawan menilai reksadana berbasis obligasi diperkirakan menjadi aset yang paling optimal di tahun ini. Sementara, kinerja terhadap pasar uang akan lebih baik dari tahun lalu karena basis suku bunga deposito yang akan naik. Di sisi reksadana berbasis saham, diperkirakan masih akan volatil dalam jangka pendek oleh pergerakan harga komoditas. "Tetapi,
return reksadana saham hingga akhir tahun diproyeksikan bisa sekitar 9%-10%," jelas Wawan kepada Kontan.co.id, Rabu (1/2).
Baca Juga: IHSG Fluktuatif, Reksadana Saham Menghadapi Tantangan di Tahun 2023 Senior Vice President Head of Retail Product Research & Distribution Division Henan Putihrai Asset Management (HPAM) Reza Fahmi mencermati bahwa keadaan pasar modal saat ini
sideways atas faktor sentimen
hawkish The Fed dengan target Fed Funds Rate (FFR) di 5.50% - 5.75%, atau lebih tinggi dari perkiraan pasar sebelumnya. Dari dalam negeri, restrukturisasi emiten karya akan menjadi concern negatif terhadap perbankan. Namun, Reza meyakini IHSG akan
bullish mendekati akhir tahun karena pasar akan memfaktorkan potensi penurunan suku bunga.
"Hal ini positif bagi pertumbuhan ekonomi, pasar saham, dan juga obligasi," ucap Reza kepada Kontan.co.id, Rabu (1/3). Terkait peningkatan kinerja pada reksadana pasar uang, Reza menilai bahwa hal itu disebabkan oleh masuknya beberapa obligasi pasar uang dari Initial Public Offering (IPO) ke dalam portofolio. Di mana obligasi tersebut memberikan tingkat imbal hasil pada rentang 6.125% - 6.25% (gross). "Sehingga, rata-rata tertimbang portofolio reksadana pasar uang pada umumnya mengalami peningkatan di Februari 2023," ujar Reza. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Anna Suci Perwitasari