KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kinerja emiten pendatang baru, PT Black Diamond Resources Tbk (
COAL) cukup mengagumkan sepanjang semester I-2022. Perusahaan sukses cetak lonjakan pendapatan dan laba bersih di enam bulan pertama 2022. Di mana, laba bersih Black Diamond capai Rp 82,39 miliar atau melesat 1.382% dibanding realisasi laba bersih di periode yang sama tahun lalu, yang hanya Rp 5,55 miliar Melansir laporan keuangan di laman Bursa Efek Indonesia, Senin (12/9), laba bersih per saham dasar COAL naik menjadi Rp 16,48 dari sebelumnya Rp 15,77
Naiknya laba tidak terlepas dari naiknya pendapatan COAL. Emiten yang bergerak di bidang tambang batubara ini membukukan pendapatan senilai Rp 367,06 miliar. Dengan ini, pendapatan COAL melonjak 572,25% dari semester I-2021 yang hanya Rp 54,60 miliar.
Baca Juga: Sampai Akhir Tahun, Black Diamond (COAL) Targetkan Produksi 900 Ribu Ton Batubara Secara rinci, pendapatan COAL berasal dari penjualan kepada Eats Gate Commodities Pte. Ltd senilai Rp 175,20 miliar, disusul penjualan kepada Royal Pasific Holding Ltd senilai Rp 84,22 miliar, PT Bloomindo Bumi Energi senilai Rp 69,75 miliar, dan kepada PT Sumber Global Energy Tbk (
SGER) senilai Rp 34,29 miliar Usai mencatatkan sahamnya di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada 7 September 2022 kemarin, COAL memasang target optimistis. COAL menargetkan laba bersih tumbuh hingga tiga kali lipat tahun ini. Direktur COAL Edward Manurung mengatakan, proyeksi laba bersih ini sejalan dengan kenaikan target produksi batubara COAL yang juga ditargetkan naik hingga tiga kali lipat. “Namun, itu tidak selalu linear karena dengan kenaikan produksi cost kami akan naik, karena butuh banyak alat dan tenaga kerja,” terang Edward usai seremoni pencatatan saham COAL di Jakarta, Rabu (7/9). Sebagai perbandingan, tahun lalu COAL mengantongi laba bersih senilai Rp 27 miliar. Laba ini relatif mini karena COAL baru memulai produksi sekitar 1 tahun 9 bulan.
Dari sisi kinerja, COAL menargetkan volume produksi antara 800.000 ton sampai dengan 900.000 ton batubara tahun ini. Pun dengan target penjualan yang diharapkan sama dengan target produksi. Target ini lebih tinggi kira-kira tiga kali lipat, dimana produksi tahun lalu sekitar 260.000 ton Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Anna Suci Perwitasari