Simak Langkah Bank-Bank Besar dalam Menjaga Keamanan Siber



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Ketahanan dan keamanan siber perbankan sudah semestinya menjadi fokus perhatian pelaku industri dan regulator di era digitalisasi yang sudah semakin pesat saat ini.

Dalam menjaga sistem keamanan perbankan, PT Bank Mandiri mengaku terus melakukan kajian terhadap kemampuan kesiapan system dalam hal identifikasi, proteksi, deteksi, response dan recovery terhadap jenis jenis kejahatan berbasiskan teknologi (IT).

"Setiap tahunnya kami terus meningkatkan kecukupan dan kecakapan aspek people-process-teknologi guna meminimalisir gap dimana aktivitas pengkinian menjadi prioritas utama bagi perseroan," kata Direktur IT Bank Mandiri Timothy Utama belum lama ini.


Lebih lanjut, pihaknya juga mengaku terus melakukan kolaborasi dengan instansi terkait seperti Bareskrim, BSSN dan Kominfo untuk selalu mempertajam koordinasi dalam penanganan skema kejahatan yang terus berkembang.

Baca Juga: BRI Segera Rilis Laporan Kinerja 2022, Laba Bersih Diperkirakan di Atas Rp 40 Triliun

Dalam memperkuat digitalisasi, Bank Mandiri menganggarkan capex IT tahun ini lebih dari Rp 2,5 triliun, meningkat dari alokasi tahun 2022 sebesar Rp 2,2 triliun.

PT Bank Tabungan Negara atau BTN juga terus melakukan penguatan ketahanan dan keamanan siber. Andi Nirwoto Direktur IT BTN mengatakan, harus ada penguatan aspek software dan hardware secara end to end dan memiliki kapasitas yang memadai serta memiliki kapabilitas high availability dalam menjaga sistem keamanan siber.

"Hal lain adalah edukasi awareness yang terus menerus karena ancaman social engineering akan terkait dengan aspek people-nya," ujar Andi.

Untuk mengantisipasi peningkatan kejahatan perbankan yang semakin beradaptasi dengan perkembangan digital, Arga bilang, kemampuan sistem, aplikasi, dan jaringan BRI sudah sangat kuat dalam menghadapi serangan dari luar. Sehingga skema-skema kejahatan yang dilakukan fraudster adalah dari sisi manusia yang terjadi akibat adanya gap literasi digital.

Oleh karena itu, BRI kini semakin memperkuat edukasi pada nasabah. BRI mengerahkan para Insan BRILiaN untuk berfungsi menjadi penyuluh digital yang menularkan tidak hanya penggunaan alat-alat transaksi digital tetapi juga risiko-risiko yang datang bersamanya.

Dalam memperkuat keamanan digitial, BTN menganggarkan capex IT di kisaran Rp 500 miliar lebih pada tahun 2023 ini. Meningkat dari alokasi capex IT di tahun 2022 lalu yang sebesar Rp 400 miliar.

Sementara itu, PT Bank Rakyat Indonesia (BRI) menyatakan, dalam mengantisipasi peningkatan kejahatan perbankan yang semakin beradaptasi dengan perkembangan digital, kemampuan sistem, aplikasi, dan jaringan BRI sudah sangat kuat dalam menghadapi serangan dari luar. Sehingga skema-skema kejahatan yang dilakukan fraudster adalah dari sisi manusia yang terjadi akibat adanya gap literasi digital.

"Oleh karena itu, BRI kini semakin memperkuat edukasi pada nasabah. BRI mengerahkan para Insan BRILiaN untuk berfungsi menjadi penyuluh digital yang menularkan tidak hanya penggunaan alat-alat transaksi digital tetapi juga risiko-risiko yang datang bersamanya," ungkap Arga M. Nugraha, Direktur Digital & Teknologi Informasi BRI.

Dalam memperkuat keamanan digital, pihaknya telah menyiapkan capex lebih besar lagi dari tahun 2022. Jika tahun lalu dialokasikan Rp 4,5 triliun, maka tahun 2023 dianggarkan meningkat 10% dari serapan tahun lalu.

Baca Juga: Bank Mandiri Menyalurkan Pembiayaan Berkelanjutan Rp 228,8 Triliun Hingga 2022

Otoritas Jasa Keuangan (OJK) juga melihat risiko yang ditimbulkan oleh ancaman siber dan insiden siber berpotensi meningkat seiring dengan pemanfaatan teknologi informasi (TI) dalam skala yang lebih besar. 

Oleh karena itu, OJK telah merilis aturan baru untuk mendukung ketahanan dan keamanan siber perbankan umum di Tanah Air. Itu tertuang dalam Surat Edaran OJK (SEOJK) Nomor 29/SEOJK.03/2022 yang diterbitkan pada 27 Desember 2022. 

Ketua Dewan Komisioner OJK Mahendra Siregar mengatakan, aturan dibuat dalam rangka mendukung percepatan transformasi digital perbankan di Indonesia.

"Bank diminta untuk dapat menjaga keamanan sistem elektronik yang dimiliki dari serangan siber, namun juga perlu memiliki kemampuan mendeteksi dan memulihkan keadaan pasca terjadinya insiden siber," katanya dalam keterangan resminya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Tendi Mahadi