Simak prediksi analis untuk pergerakan IHSG sepekan ke depan



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Indeks harga saham gabungan (IHSG) mengalami penguatan selama sepekan. IHSG menguat sebesar 64,09 poin atau 0,99% selama sepekan ini.

Sementara, Jumat (22/3), IHSG melanjutkan penguatan sebesar 23,50 poin atau 0,36% ke level 6.525,27.

Analis Binaartha Sekuritas Muhammad Nafan Aji berpendapat, pergerakan IHSG mengalami penguatan selama sepekan terakhir disebabkan oleh sentimen eksternal dan internal.


Menurut Nafan, secara eksternal, pernyataan dovish dari The Fed pada penetapan tingkat suku bunga yang dipertahankan di level 2,5% memberikan katalis positif bagi menguatnya IHSG maupun rupiah.

"Dovish effect ini tentunya menyebabkan dolar AS terdepresiasi dibandingkan dengan berbagi instrumen lainnya. Apalagi sebelumnya pada awal pekan ini para pelaku pasar global sudah memprediksikan terkait dengan hal tersebut," jelasnya kepada Kontan.co.id, Jumat (22/3).

Sementara sentimen dari internal, Nafan menyebut, terkait langkah Bank Indonesia (BI) dalam menetapkan BI 7DRR di level 6% dalam rangka menjaga tingkat stabilitas moneter yang diapresiasi oleh pasar.

Analis Indo Premier Sekuritas Mino menjelaskan, sentimen yang mempengaruhi pergerakan IHSG selama sepekan ini adalah terkait dengan rapat bank sentral AS, The Fed.

"Selain itu, soal perkembangan perundingan dagang antara Amerika Serikat dan China," ujar Mino kepada Kontan.co id, Jumat (22/3).

Mino memprediksi, selama seminggu ke depan IHSG diprediksi masih akan bullish dengan support di level 6.460 dan resistance 6.580.

Menurutnya, sentimen terkait perkembangan perundingan dagang antara Amerika dan China dan laporan keuangan emiten akan mewarnai pergerakan IHSG selama sepekan ke depan.

Nafan memprediksi, pada pekan depan, IHSG akan bergerak dengan kecenderungan menguat (bullish consolidation) dengan kisaran 6.455-6.585.

"Ini mengingat para pelaku pasar menantikan terkait dengan beberapa sentimen global penting, terutama berkaitan dengan dinamika negosiasi perdagangan bebas antara AS dengan China, dinamika Brexit, beserta data kalender makroekonomi global pengumuman GDP AS maupun Inggris," ujarnya.

Secara domestik, Nafan bilang, para pelaku pasar akan menantikan hasil rilis kinerja laporan keuangan emiten yang diperkirakan positif.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Herlina Kartika Dewi