KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Indeks Harga Saham Gabungan (
IHSG) menguat 0,20% atau 14,03 poin ke 6.937,83 hingga akhir perdagangan di Bursa Efek Indonesia (BEI), Rabu (27/9). Analis Phintraco Sekuritas, Alrich Paskalis Tambolang memprediksikan IHSG akan bergerak fluktuatif dalam rentang
support 6.920 dan
resistance 6.970 pada Jumat (29/9). Secara teknikal, IHSG diperkirakan bertahan di atas MA50 pada kisaran level 6.920. Alrich merekomendasikan untuk investor untuk
buy on weakness pada saham-saham yang melemah signifikan dalam beberapa hari terakhir, terutama saham-saham yang sensitif terhadap pergerakan suku bunga.
Meski demikian, isu potensi kenaikan suku bunga acuan The Fed di sisa 2023 masih akan membayangi saham-saham tersebut di Jumat (29/9). “Sentimen positif berasal dari perbaikan profitabilitas sektor industri di Tiongkok. Koreksi
industrial profit melambat ke 11,7% YoY di Agustus 2023 dari 15,5% YoY di Juli 2023.” kata Alrich kepada Kontan.co.id, Rabu (27/9)
Baca Juga: IHSG Menguat ke 6.937, Net Sell Asing Makin Menciut Pada Rabu (27/9) Adapun saham pilihan Alrich untuk perdagangan Jumat antara lain Bank Rakyat Indonesia (
BBRI), Medco Energi Internasional (
MEDC), Elnusa (
ELSA), Adaro Energy Indonesia (
ADRO), Harum Energy (
HRUM), AKR Corporindo (
AKRA), Merdeka Copper Gold (
MDKA), dan Indocement Tunggal Prakarsa (
INTP). Investment Analyst Infovesta Kapital Advisori, Fajar Dwi Alfian memperkirakan IHSG akan melanjutkan penguatan di kisaran support 6.930 dan resistance 7.053 pada perdagangan Jumat (29/9) Adapun sentimennya berasal dari rilis data ekonomi AS seperti pertumbuhan PDB dan perumahan yang diperkirakan masih akan solid. Menurut Fajar, saham konsumer nonprimer dan primer menarik untuk dilirik dengan rekomendasi
buy on weakness. Baca Juga: Wall Street Rebound Pada Rabu (27/9) Setelah Anjlok Hari Sebelumnya Analis Investindo Nusantara Sekuritas Pandhu Dewanto memprediksikan, untuk perdagangan Jumat (29/9), IHSG masih akan berusaha untuk bertahan di atas area
support 6.900 dan
resistance 6.920. Menurutnya tekanan jual dari investor asing perlu diwaspadai. Sebulan terakhir terdapat
capital outflow sekitar Rp 4 triliun, dan sepekan terakhir masih berlanjut mencapai sekitar Rp 710 miliar. “
Capital outflow ini juga tercermin pada pelemahan nilai kurs rupiah yang saat ini mencapai Rp 15.529 per dolar AS. Ekspektasi akan kenaikan suku bunga the Fed di sidang berikutnya pada bulan November menjadi faktor utama,” kata Pandhu kepada Kontan.co.id, Rabu (27/9).
Baca Juga: Intip Proyeksi IHSG dan Rekomendasi Saham Untuk Jumat (29/9) Hal tersebut dikhawatirkan akan memberikan tekanan pada pertumbuhan ekonomi global. Pasar merespons dengan kenaikan imbal hasil
yield US Treasury yang melonjak di atas level 4,5% menjadi level tertinggi sejak 2007. Sedangkan pasar saham terkoreksi karena ada potensi risiko yang meningkat di masa mendatang. Data ekonomi berikutnya yang perlu diperhitungkan adalah pengumuman PDB Amerika, yang oleh konsensus diperkirakan akan mencapai level 2,2% QoQ, meningkat dari kuartal sebelumnya di level 2%.
Baca Juga: IHSG Naik 0,20% ke 6.937 Rabu (27/9), MEDC, HRUM, AKRA Top Gainers LQ45 Adapun menurut Pandhu, saham yang menarik diperhatikan adalah Blue Bird Grup (
BIRD) karena saham ini mulai ada tanda-tanda pergerakan setelah beberapa pekan membentuk area
support di 1.900. Namun pada hari ini ada kenaikan membentuk
candle bullish disertai peningkatan volume sehingga membuka peluang kenaikan lanjutan dengan target harga ke kisaran Rp 2.100-Rp 2.250. Miratel (
MTEL) juga menarik karena hari ini juga mulai
rebound setelah beberapa hari sebelumnya mengalami koreksi signifikan, dengan target harga saham antara lain Rp 720-Rp 730. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Wahyu T.Rahmawati