JAKARTA. Setelah memasuki pelemahan yang dalam, nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika Serikat terlihat bergerak konsolidasi. Namun, pergerakan variatif ini diprediksi akan kembali berujung pada pelemahan Jumat (13/3) esok. Di pasar spot, Kamis (12/3) nilai tukar rupiah terhadap USD menguat tipis 0,09% ke level Rp 13.180 dibanding penutupan hari sebelumnya. Sedangkan di kurs tengah Bank Indonesia, posisi rupiah kembali tergelincir 0,09% di level Rp 13.176. Albertus Christian, Head of Research and Analyst PT Monex Investindo Futures menerangkan bahwa gerak konsolidasi ini terjadi karena pasar sedang melakukan aksi wait and see.
Rilis data ekonomi yang positif membuat index USD terus menguat tajam. Bahkan menyentuh level 99. “Mendorong kemungkinan pada rapat FOMC akan dibahas perubahan panduan moneter The Fed alias kenaikan suku bunga,” kata Christian. Sementara penahan dari internal adalah pernyataan Deputi Gubernur Bank Indonesia, Mirza Adityaswara, bahwa neraca perdagangan Indonesia bulan Februari 2015 diprediksi akan surplus. Tidak tanggung-tanggung, neraca perdagangan diprediksi akan surplus hingga US$ 500 juta. “Tapi risiko pelemahan untuk Jumat (13/3) masih ada. Rupiah akan kembali tergelincir,” duga Christian. Ini karena proyeksi rilis data ekonomi AS diprediksi positif. Sebut saja penjualan ritel Februari 2015 diprediksi naik menjadi 0,3% dari sebelumnya minus 0,8%. Begitu juga dengan klaim pengangguran mingguan yang diprediksi turun menjadi 306 ribu dari 320 ribu di minggu sebelumnya. Selain itu menurut David Sumual, Ekonom Bank Central Asia, pasar juga akan menunggu hasil rapat BI dan FOMC pada Selasa (17/3) mendatang. “Di sana akan terlihat perbedaan kontras kebijakan moneter kedua negara,” kata David. Pada rapat FOMC tersebut, The Fed berpeluang menaikkan tingkat suku bunga sedangkan di rapat BI, ada tekanan politik untuk BI memangkas suku bunganya. BI diharapkan memotong suku bunga sebesar 50 hingga 75 basis poin di tahun 2015 untuk mendukung pembangunan infrastruktur.